Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Trans Jateng Ngeblong dan Halangi Ambulans di Sragen, Ini Klarifikasi Balai Transportasi

Kompas.com - 03/09/2023, 14:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial Instagram diramaikan dengan video bus Trans Jateng yang dinarasikan ngeblong atau melaju dengan kecepatan tinggi.

Dalam video yang diunggah akun ini, bus Trans Jateng juga menghalangi laju ambulans yang sedang membawa pasien.

Menurut pengunggah, peristiwa tersebut terjadi di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Jateng).

Mengetahui ambulans diadang, pengunggah menyebut cara pengemudi Trans Jateng mengemudikan bus sering ugal-ugalan.

"trans jateng ngeblong ngehalangi ambulan, padahal yang lain antri macet tapi yang satu ini gasabaran. memang disini trans semarang dan trans jateng itu problematik dari cara nyetir drivernya yang sering ugal ugalan," tulis pengunggah, Sabtu (2/9/2023).

Dalam video lain, pengemudi ambulans juga merekam situasi ketika kendaraannya diadang oleh Trans Jateng.

Tampak pengemudi ambulans sedang membawa seorang pria paruh baya yang terbaring di stretcher atau tandu.

Ia kemudian menyebut pengemudi Trans Jateng yang mengadang ambulansnya tidak mau mengalah.

"Trans Jateng ngeblong, gak gelem ngalah, ngeblong, jalur macet di-blong (tidak mau mengalah, melaju kecepatan tinggi, jalur macet diterabas)," ujar pengemudi ambulans.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Bus Sugeng Rahayu Vs Eka di Ngawi, 3 Tewas dan 16 Luka-luka

Klarifikasi Balai Transportasi Jateng

Kepala Seksi Operasional Balai Transportasi Jateng Bayu Pramono Jati buka suara soal beredarnya video Trans Jateng ngeblong dan menghalangi ambulans.

Ia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi di ruas jalan Solo-Sumberlawang-Purwodadi di Desa Kalijambe, Sragen, Jateng pada Rabu (30/8/2023) siang.

Trans Jateng yang terekam dalam video merupakan armada rute Solo-Sumberlawang via Sangiran.

Sementara, ambulans yang diadang sedang perjalanan mengantar pasien menuju RS Khusus Orthopedi Karima Utama, Sukoharjo.

Bayu menyampaikan, pada saat itu Trans Jateng sebenarnya berada di lajur kiri namun jalan yang dilalui sedang ada perbaikan.

Ketika Trans Jateng melintas, pengemudi mengetahui adanya buka tutup jalan sehingga atrean kendaraan terjadi.

Melihat hal itu, ia memutuskan pindah ke lajur kanan yang pada saat bersamaan sedang melaju ambulans menuju RS Khusus Orthopedi Karima Utama.

"Pengecoran jalan kalau enggak salah. Di situ dalam antrean panjang, pramudi Trans Jateng berinisiatif ambil jalur kanan untuk masuk ke gerbang Sangiran," kata Bayu ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (3/9/2023).

"Karena rute Trans Jateng ‘kan melewati Sangiran. Nah, bersamaan dari lawan arah melaju ambulans seperti di video itu. Sebenarnya pramudi trans Jateng ‘kan mencoba memberi jalan," sambungnya.

Baca juga: Beredar Video Driver Transjakarta Kejar Pengendara Motor yang Terjepit Bodi Bus, Ini Kata Dishub

Pengemudi Trans Jateng dijatuhi sanksi

Lebih lanjut, Bayu menuturkan bahwa pihaknya mendapat laporan bahwa ada Trans Jateng yang menghalangi laju ambulans di Sragen. Namun, video peristiwa telanjur viral di media sosial.

Ia menyampaikan, pengemudi Trans Jateng tersebut telah dipanggil untuk dimintai klarifikasi dan diberikan pembinaan.

Tak sampai di situ, Balai Transportasi Jateng juga menyerahkan kasus Trans Jateng menghalangi laju ambulans ke pihak operator.

"Pramudi Trans Jateng memang berinisiatif ambil kanan tapi tidak sesuai SOP, makanya kita sudah pada hari itu juga kita panggil (pengemudinya)," kata Bayu.

"Terus kita untuk selanjutnya serahkan ke operator untuk diberi sanksi atau surat peringatan," sambungnya.

Bayu juga mengatakan, pihak operator telah menyampaikan permohonan maaf kepada pengemudi ambulans.

Ia berharap, pengemudi Trans Jateng lainnya tetap mematuhi SOP agar peristiwa serupa tidak terjadi.

"Jangan sampe (terjadi), pramudi harus tetep mematuhi SOP. Jadi harus kita tekankan untuk seluruh pramudi Trans Jateng," pungkas Bayu.

Baca juga: Bus Trans Jateng Solo-Wonogiri Mulai Beroperasi, Gratis sampai Minggu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com