Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Senjata Kuno Terbuat dari Meteorit yang Jatuh ke Bumi 3.500 Tahun Lalu

Kompas.com - 04/08/2023, 18:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan sebuah mata panah yang berusia 3.000 tahun dari Zaman Perunggu di Morigen, Swiss.

Dikutip dari Newsweek (31/7/2023), Morigen terletak hanya beberapa mil barat daya tempat meteorit Twannberg jatuh ke Bumi dan beberapa fragmen meteorit telah ditemukan.

Mata panah tersebut memiliki ukuran setelapak tangan dan kini telah dijadikan sebagai koleksi di Museum Sejarah Bern.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Tempat Tercerah di Bumi, Layaknya Berdiri di Permukaan Venus


Mata anak panah yang terbuat dari meteorit

Sebuah analisis baru yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science edisi September mengungkapkan, benda itu bukanlah sebuah mata panah biasa.

Benda tersebut adalah mata anak panah yang terbuat dari meteorit yang jatuh ke Bumi pada 3.500 tahun yang lalu.

"Dari luar, mata panah ini terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat," kata penulis utama Beda Hofmann, dilansir dari Live Science.

Selain itu, analisis mereka juga menunjukkan masih ada banyak logam yang diawetkan.

Para peneliti menggunakan beberapa metode, termasuk tomografi sinar-X (pencitraan terkomputerisasi) dan spektrometri gamma (proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan gamma).

Analisis menggunakan metode tersebut memperlihatkan, benda itu tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang secara alami tidak ada di Bumi, tapi juga memiliki jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit.

Baca juga: Mengapa Remaja Zaman Dulu Tampak Lebih Tua dari Usia Sebenarnya? Ini Kata Ilmuwan

Terdapat bekas gilingan pada mata anak panah

Selain itu, analisis tersebut juga menunjukkan adanya bekas gilingan yang tersisa saat meteorit dibentuk menjadi mata panah dan sisa-sisa tar yang kemungkinan besar digunakan untuk menempelkan ujungnya ke batang panah.

Awalnya, para ilmuwan mengira artefak tersebut terkait dengan situs meteorit Twannberg berusia 170.000 tahun yang berjarak kurang dari 5 mil (8 kilometer) dari tempat tinggal tersebut.

Namun, sebuah penelitian lebih lanjut mengungkapkan adanya konsentrasi nikel dan germanium (unsur kimia) dalam mata panah itu tidak cocok.

"Itu bukan berasal dari meteorit yang saya duga," kata Hofmann tentang artefak tersebut.

Artefak ini memiliki berat sepersepuluh ons (2,9 gram) dan panjangnya lebih dari 1 inci (3 cm).

Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Berusia 3.000 Tahun yang Belum Tersentuh di Siberia

Lebih lanjut, Hofmann dan rekan-rekannya merujuk pada basis data geologi yang mengungkapkan, situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang berjarak lebih dari 1.400 mil (2.250 km) jauhnya, mengandung logam yang mirip dengan artefak tersebut dan mata panahnya berasal dari meteorit seberat 2 ton (1.800 kg).

Halaman:

Terkini Lainnya

Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Tren
Kisruh Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Kisruh Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Tren
Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Tren
Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com