Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gletser Tertua Berumur 2,9 Miliar Tahun Ditemukan Tersembunyi di Bawah Ladang Emas Afrika Selatan

Kompas.com - 23/07/2023, 13:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan telah menemukan bongkahan es besar atau gletser tertua di dunia. Uniknya, gletser ini terletak tersembunyi di bawah ladang emas di tanah tandus Afrika Selatan.

Bahkan, menurut penelitian, usia endapan es di benua Afrika itu jauh lebih tua daripada gletser di Antartika yang memang dihuni salju.

Dikutip dari laman Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gletser es tertua di Antartika kemungkinan mendekati usia 1 juta tahun.

Sementara itu, gletser purba di Afrika diperkirakan telah berusia 2,9 miliar tahun, seperti dalam laporan jurnal Geochemical Perspectives Letters yang terbit pada 13 Juni 2023.

Selama studi, para ilmuwan menggali batuan sedimen dan menganalisis sampel inti dari ladang yang terletak di Afrika Selatan.

Lokasi tersebut merupakan bagian dari Pongola Supergroup, suksesi (perubahan komponen) batuan vulkanik dan sedimen yang terbentuk pada era Mesoarkean, sekitar 3,2 miliar hingga 2,8 miliar tahun lalu.

"Kami menemukan endapan glasial yang terawetkan dengan sangat baik di dekat ladang emas Afrika Selatan," ujar penulis sekaligus Profesor Geokimia Isotop dan Vulkanologi University of Oregon, Ilya Bindeman, dikutip dari Live Science, Sabtu (22/7/2023).

"Ini adalah salah satu dari sedikit area yang tetap utuh dan tidak berubah sejak awal Bumi," lanjutnya.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Tempat Tercerah di Bumi, Layaknya Berdiri di Permukaan Venus


Gletser tertua di dunia di ladang emas Afrika

Sebenarnya, di masa lalu, peneliti lain telah menemukan beberapa sampel fisik yang menunjukkan telah terjadi penipisan kuno di wilayah ini.

Namun, bukti glasiasi atau pembekuan selama miliaran tahun yang lalu tersebut masih diperdebatkan.

Guna menyelidikinya, para ilmuwan pun mengumpulkan sampel batuan sedimen di kawasan Kaapvaal Craton, batuan purba yang terletak di wilayah tenggara Afrika Selatan.

Batuan itu turut mengandung endapan dari Pongola Supergroup.

Bukan hanya mengumpulkan, tim juga menganalisis sampel inti dari wilayah yang sama hasil sumbangan perusahaan pertambangan AngloGold-Ashanti.

Setelah memeriksa sampel, para peneliti menemukan moraine glasial tertua yang diketahui di dunia, yang pada dasarnya adalah puing-puing yang ditinggalkan oleh gletser yang secara bertahap mencair dan menyusut.

Kehadiran material glasial ini pun dapat memberikan petunjuk tentang iklim dan geografi Bumi selama periode waktu tersebut.

Salah satu teorinya, seperti dilansir IFL Science, Kamis (13/7/2023), yakni wilayah Afrika Selatan tersebut kemungkinan dekat dengan salah satu kutub pada 2,9 miliar tahun yang lalu.

"Kemungkinan lain adalah seluruh Bumi berada dalam periode 'bola salju', yaitu ketika konsentrasi atmosfer rendah menyebabkan 'efek rumah kaca terbalik' dan memicu sebagian besar planet membeku," kata penulis studi lain, Axel Hofmann.

"Jika demikian, ini akan menjadi periode pendinginan global paling awal yang telah tercatat," ujar Profesor Departemen Geologi University of Johannesburg, Afrika Selatan itu.

Baca juga: Ini yang Bakal Terjadi jika Gletser Kiamat di Antartika Runtuh

Perlu penelitian lebih lanjut

Adapun guna menentukan kondisi iklim Bumi pada saat sedimen terbentuk, para ilmuwan menggunakan teknik yang disebut analisis isotop tiga oksigen.

"Kami melihat jumlah relatif dari tiga isotop oksigen, 16O, 17O, dan 18O. Ini semua adalah jenis oksigen tetapi memiliki bobot yang sedikit berbeda," ujar Bindeman.

Menurut dia, tim menemukan bahwa batuan memiliki jumlah 18O yang sangat rendah dan jumlah 17O yang sangat tinggi, yang menandakan terbentuk pada suhu dingin.

Penggunaan analisis isotop tiga oksigen juga dapat menambah jalan baru untuk menemukan bukti glasiasi awal Bumi.

Di sisi lain, Profesor Geologi University of California, Andrey Bekker, yang tidak terlibat dalam studi mengatakan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk benar-benar memahami iklim Bumi miliaran tahun lalu.

"Ini kemajuan bertahap menuju semacam pemahaman lingkungan awal Bumi, perubahan iklim dalam sejarah awal Bumi, dan seterusnya," ungkapnya.

Kendati demikian, dia menambahkan, manusia belum mengetahui sejauh mana iklim dingin yang dimaksud.

"Apakah itu hanya lokal atau meluas ke garis lintang rendah di seluruh dunia," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com