Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Bayangan

Kompas.com - 27/06/2023, 14:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA pepatah Arab yang mengatakan: “Sesungguhnya seorang pemuda adalah dia yang berkata ini dadaku dan bukanlah seorang pemuda itu yang mengatakan ini bapakku.”

Sekian lama pepatah tersebut telah menjadi motivasi agar seorang pemuda harus tegak berdiri di atas kakinya sendiri; bukan menggantungkan pada hal-hal yang ada pada orangtua, sodara, atau faktor lain di luar dirinya.

Kemandirian dan independensi adalah substansi yang ingin disampaikan pepatah tersebut. Namun pada praktiknya kita bisa melihat bahwa terutama di kalangan menengah atas, independensi dan kemandirian seorang pemuda kurang terlalu terbukti, terutama di kalangan menengah.

Sebab banyak para pengusaha, politisi dan sebagian akademisi dan birokrasi, yang besar dalam lingkungan profesinya, berkaitan dengan status dan posisi dari orangtuanya.

Akibatnya generasi kelas menengah bawah yang minus jaringan dan posisi akan tertatih-tatih dalam menggapai status dan posisi ini.

Seakan-akan membangun mimpi tanpa mengetahui posisi sepertinya hanya menjadi rasionalitas basi.

Di era volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity (VUCA), sepertinya kita akan mendapatkan kenyataan berbeda. Telah tumbuh entitas generasi yang bisa jadi mampu memutuskan diri dari bayang-bayang “keistimewaan” keluarga dan status sosial lainnya.

Inilah generasi tanpa bayangan orangtua. Generasi yang menjadi native di era literasi teknologi yang terbuka, lebar dan luas juga kompetitif. Generasi yang meski rapuh seperti strowbery, namun kreatif dan “ngulik”.

Karena tuntutan yang kompetitif, di mana setiap orang bisa secara presisi kemudian membangun reputasi.

Sehingga setiap orang juga bisa mengembangkan pribadinya masing-masing, bahkan dengan perspektifnya sendiri melihat dan memahami dunianya.

Melalui akun sendiri-sendiri, mereka seolah-olah bisa membebaskan diri dari bayang-bayang keluarga maupun orang-orang di baliknya.

Meskipun bisa jadi mereka tetap merupakan kalangan yang sebenarnya memiliki jaringan dan relasi yang bisa dan memungkinkan gampang meraih posisi.

Inilah “Generasi Tanpa Bayangan”. Suatu generasi yang hidup benar-benar mandiri dan independen.

Karena apa yang dibangunnya berbasis pada reputasi sendiri, dengan cara-cara dan metode yang mungkin belum pernah ada sebelumnya, dengan data-data baru, sintesis dan analisis baru.

Sebab di era ini, ruang kontestasi demikian terbuka; dan karena realitas ini sangat demokratis, sehingga setiap orang selama dia mampu, dia bisa berkompetisi, menunjukkan kapasitas diri, tanpa harus ada embel-embel keluarga maupun yang lain.

Dalam konteks ini, kualitas pribadi menjadi modal utama yang kemudian akan menentukan di mana dia berdiri. Sehingga akhirnya bisa meraih prestasi atau mendapat apresiasi.

Modal sosial (kapital, jaringan, pengetahuan, dan keturunan/ nasab) tetap memiliki peran meski tidak sebesar sebelumnya.

Pada Generasi Tanpa Bayangan, mereka menjadi hidup dan eksis karena memang sejarahnya baru mereka bangun sendiri, bukan oleh kekuasaan ilmu pengetahuan dan kekuasaan politik.

Jika generasi sebelumnya hidup dan dibangun melalui narasi dan cerita penguasa, generasi ini justru menata kisah dan riwayatnya melalui diskursus yang terjadi di dunia maya dan dunia nyata yang berlangsung tanpa jeda.

Inilah generasi yang kemudian akan membangun, mengelola, dan merencanakan hidup dan dunianya sendiri.

Mereka bisa jadi membangun, sistem hidup, tata cara bahkan ruang sosialnya sendiri, yang mana dalam sepuluh atau 20 tahun kedepan, pun mereka akan membangun budayanya sendiri.

Sebuah budaya baru yang sangat susah dikaitkan dengan artefak nenek moyangnya di masa lalu. Karena mereka benar-benar menggunakan citraan pribadi dan kemampuannya sendiri untuk mengkonstruksinya.

Ketika Generasi Tanpa Bayangan ini semakin membesar, karena dia akhirnya secara mandiri membangun dengan tingkat independensi yang tinggi, mereka bukan hanya memiliki keberanian untuk mencabut akar budayanya yang terkait dengan masa lalu, bahkan mereka juga bisa melakukan penataan ulang pada perspektif dunia yang selama ini menjadi rujukan kehidupan. Termasuk membaca ulang masa lalu yang melahirkan mereka.

Contoh paling sederhana adalah generasi ini telah membuktikan bahwa mereka memiliki pergaulan yang sangat luas melampaui batas-batas negeri. Tidak peduli siapa dan ada di mana, mereka berinteraksi menggunakan beragam Bahasa.

Malah bisa jadi mereka lebih intens berinteraksi dengan teman-teman di luar negeri ketimbang tetangganya sendiri.

Mereka juga akan sangat mudah membangun ruang-ruang kolaborasi, meski jarak dan posisi begitu jauh.

Sekat-sekat sosial ekonomi tidak akan terlalu mengganggu, karena medium pertemuan mereka adalah ruang sosial yang sudah mereka ciptakan sendiri yang mampu mengakomodasi keragaman dan keberbedaan setiap ekspresi.

Mereka ini menjadi semacam generasi yang karena berbagai informasi yang mereka konsumsi, seakan-akan mampu melakukan evaluasi atas untaian sejarah yang sedang mereka lalui. Sehingga mereka kemudian membangun ulang ceritanya sendiri.

Mereka menaruh lempengan kisah kehidupannya pada dunia (sosial) maya, untuk suatu saat dibuka dan dirangkai kembali menjadi narasi utuh dan kemudian disampaikan kembali kepada generasi cucu.

Jika generasi sebelumnya membangun alur cerita melalui persaksian orang atau pihak lain, kisah Generasi Tanpa Bayangan justru dituliskan melalui kesaksiannya sendiri, dengan bukti-bukti pendukung yang dikumpulkannya sendiri.

Apakah hasil konstruksi-hipotetis Generasi Tanpa Bayangan ini adalah generasi harapan dan generasi masa depan?

Mungkin biarkan mereka menjawabnya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com