Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus di Paris Tak Terkendali, Warga Diminta Hidup Berdampingan

Kompas.com - 16/06/2023, 09:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Populasi tikus di Paris, Perancis, disebut-sebut sudah tak terkendali. Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah setempat untuk membasminya tak berhasil. 

Salah satunya seperti yang dilakukan pada 2017. Saat itu pemerintah kota Paris menganggarkan 1,5 juta euro atau sekitar Rp 21 miliar untuk membasmi tikus di kota itu.

Dalam wawancara dengan mingguan Journal du Dimanche, Wali Kota Paris Anne Hidalgo saat itu mengungkapkan 10 rencana pembersihan kota. Salah satunya dalam program perang melawan tikus itu Hidalgo mengatakan, pemerintah akan membeli banyak perangkap tikus.

Namun, dikutip dari Kompas.com (26/2/2018), disebutkan populasi tikus di Paris telah mencapai 6-8 juta ekor. 

Baca juga: Temuan Kepala Tikus di Makanan Kantin, Pihak Sekolah Sebut Leher Bebek

Populasi tikus di Paris

Meskipun demikian, Kepala Dinas Kesehatan Lingkungan Kota Paris, Georges Salines, menyebutkan tidak mengetahui pasti jumlah tikus di kota mode tersebut. 

"Tidak mungkin mengetahui jumlah tikus itu secara tepat. Jumlah tikus ini bervariasi tergantung jumlah ketersediaan makanan dan kondisi tempat hidup mereka," kata Salines.

Menurut dia, tikus adalah hewan sosial dengan perilaku rumit yang bisa membuat populasi mereka stabil tergantung kondisi. 

Dengan demikian, kata Salines, amat salah jika yang dituntut adalah membatasi jumlah tikus di kota Paris. Sebab, populasi hewan pengerat itu selalu dalam kondisi stabil.

Di malam hari, jumlah tikus yang terlihat semakin banyak dan mereka dinilai semakin tidak takut terhadap manusia.

Mengganggu wisatawan

Hewan-hewan ini bisa ditemukan di tempat-tempat sampah bahkan hingga ke lokasi pasar-pasar terbuka di jalanan dans sekitar Champs-Elysee.

Bahkan, tak jarang tikus ini terlihat berkeliaran di depan katedral Notre Dame sehingga mengganggu para wisatawan.

"Sarang mereka di bantaran sungai dan di saluran-saluran pembuangan kebanjiran dan mereka terpaksa harus pindah ke tempat lain," tambah Salines.

Namun, pakar tikus dan penulis beberapa buku, Pierre Falgayrac, menyebutkan, banyaknya tikus yang muncul bukan berarti tikus telah "menginvasi" kota Paris.

"Sederhananya, semakin banyak tikus terlihat bukan berarti jumlah hewan ini bertambah," ujar Falgayrac.

Bahkan, sejumlah ilmuwan meyakini bahwa tikus yang secara rutin menyantap makanan yang mengandung antikoagulan membuat mereka perlahan-lahan memiliki imunitas beberapa jenis racun yang digunakan untuk membasmi mereka.

"Di masa depan, pemerintah harus membasmi tikus terlebih dahulu sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Itulah cara untuk mencegah mereka pindah ke tempat lain," ujar Falgayrac.

Baca juga: Tikus Paling Benci dengan Bau Benda Ini, Ampuh untuk Usir dari Rumah

 

Hidup berdampingan dengan tikus

Setelah sejumlah upaya pembasmian tikus dinilai tak menunjukkan hasil maksimal, pemerintah Paris meminta warga hidup berdampingan dengan tikus.

"Dengan arahan dari wali kota, kami telah memutuskan untuk membentuk sebuah komite untuk masalah kohabitasi (hidup berdampingan)," kata Wakil Wali Kota Paris Anne Souyris pada Kamis (8/6/2023), dikutip dari RT.

Sebelumnya, beragam cara telah dicoba oleh pemerintah setempat untuk mengatasi masalah tikus.

Di antaranya pada tahun 2017 pemerintah mengucurkan dana sebanyak 1,8 juta dollar AS atau sekitar Rp 26 miliar untuk program pembasmian tikus. 

Berbagai upaya pembasmian telah dilakukan seperti pemasangan tempat sampah kedap udara, serta pemakaian racun tikus dalam skala besar di ribuan lokasi di seluruh kota.

Namun, masalah tikus di kota itu tak kunjung selesai, dan semakin memburuk usai peristiwa protes reformasi pensiun akhir-akhir ini.

Aksi protes itu memperparah kemunculan tikus di Paris lantaran orang-orang menumpuk sampah di jalanan kota Paris selama berminggu-minggu.

Saat ini, diperkirakan populasi tikus melebihi populasi manusia dengan rasio sekitar 3:1.

Souyris mengatakan, komite nantinya akan menetapkan cara yang paling efisien untuk warga Paris dan tikus agar bisa hidup berdampingan, terutama untuk orang-orang yang tinggal di kota.

Baca juga: Benda Langit Jatuh Terbakar dan Meledak di Langit Inggris dan Perancis

Pro dan kontra

Kebijakan hidup berdampingan dengan tikus ini memicu pro dan kontra dari banyak kalangan.

Politisi Geoffroy Boulard yang mengkritik rencana itu mengatakan, rencana pembentukan komite adalah sebuah tanda menyerah terhadap masalah hewan pengerat.

Boulard menyebutkan, Paris seharusnya mendapatkan keputusan yang jauh lebih baik daripada itu.

Dikutip dari CNN, Boulard mengatakan telah menemukan studi "Proyek Armageddon" dengan misi untuk membantu kota mengelola populasi tikus.

Namun, menurut dia, salah satu tujuan proyek tersebut adalah melawan prasangka buruk pada tikus guna membantu warga Paris hidup lebih baik bersama mereka.

Studi tersebut dibiayai oleh pemerintah Perancis, dengan kota Paris sebagai mitra.

Tikus Paris bukan pembawa wabah

Menghadapi kritikan Boulard, Souyris mengatakan, tikus yang dibahas yang ada di Paris saat ini bukanlah tikus hitam pembawa wabah. Menurut dia, tikus yang ada di Paris adalah tikus jenis lain.

Meskipun tikus Paris membawa leptospirosis dan bakteri, ia menilai, tikus Paris tak menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang signifikan.

“Kami membutuhkan saran ilmiah, bukan siaran pers politik,” katanya.

Meskipun mendapat kritikan, rencana ini juga mendapatkan dukungan dari kelompok Hak Hewan. Mereka berpendapat bahwa cara pengendalian yang diterapkan Perancis sebelumnya adalah cara yang kejam dan tidak efektif.

Kelompok hak binatang Paris Animaux Zoopolis (PAZ) menyambut baik rencana tersebut dan mengatakan, tikus hadir tak hanya di Paris, tetapi juga di semua kota besar Perancis.

Oleh karena itu, menurut mereka, pernyataan tentang hidup bersama wajar untuk muncul.

"Di PAZ, saat kita bicara tentang 'kohabitasi damai' dengan tikus, yang kami maksud bukan tinggal bersama mereka di rumah dan apartemen kami. Namun, maksudnya adalah memastikan hewan-hewan itu tak menderita dan kami tak diganggu," kata mereka.

Baca juga: Viral, Video Jalanan Paris Berubah Jadi Lautan Sampah, Apa Penyebabnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com