Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdinandus Jehalut
Peneliti/Mahasiswa Pascasarjana UGM

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM, Direktur The Indonesian Agora Research Center (IARC)

Pilpres 2024 dalam Jebakan Algoritma Media Sosial

Kompas.com - 23/05/2023, 11:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain mendorong terbentuknya ketiga hal di atas, algoritma dan ekosistem Facebook juga memungkinkan akselerasi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Hal ini termasuk problem struktural Facebook. Facebook cenderung memperkuat konten yang berhubungan dengan sisi emosional, baik kegembiraan maupun kemarahan.

Baca juga: Johnny Plate Tersangka Korupsi, Mahfud: Enggak Ada Kaitan dengan Pemilu dan Calon di Pilpres

Pengguna dapat dengan mudah mencemari Facebook dengan “omong kosong” untuk mengalihkan perhatian atau propaganda. Pengguna dapat melakukannya dengan memilih pesan dan gambar yang paling ekstrem dan provokatif yang dapat memicu polarisasi.

Ekstremisme dan provokasi akan menghasilkan reaksi positif dan negatif. Konten-konten seperti itu memantik “keterlibatan” (engagement) yang tinggi di Facebook. Sebaliknya, konten-konten yang terstruktur dan datar sulit mendapat peluang "engagement" tinggi (Vaidhayantan, 2018: 15).

Dalam konteks Pilpres 2024, tentu rancangan algoritma Facebook atau media sosial pada umumnya menjadi salah satu ancaman. Jika tidak diantisipasi dengan baik, ancaman itu akan membuat demokrasi kita akan terguncang dan bahkan berpotensi mengalami erosi luar biasa.

Hal ini bisa menjadi efek yang tak terhindarkan jika publik atau netizen tidak dibiasakan untuk melakukan pencarian terhadap informasi yang bertentangan dengan preferensinya di internet atau media sosial. Ini penting karena cookie browser kita menjadi salah satu data penting bagi sistem pemetaan otomatis algoritma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com