Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ular Tidak Bisa Diusir Menggunakan Garam? Ini Alasannya

Kompas.com - 10/05/2023, 18:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ular adalah salah satu hewan berbahaya yang tak jarang ditemukan di sekitar pekarangan rumah dan semak-semak.

Banyak orang yang ketika menjumpai ular di sekitar rumah, mereka akan menaburkan garam dapur untuk mengusirnya.

Biasanya, garam juga ditaburkan di dekat pintu atau lubang-lubang yang bisa dijadikan tempat masuk ular ke dalam rumah.

Kendati demikian, tahukan Anda bahwa sebenarnya ular tidak bisa diusir menggunakan garam?

Baca juga: Jangan Diisap dan Diikat Terlalu Kencang, Ini Cara Tepat Menangani Luka Gigitan Ular

Menabur garam tidak bisa untuk mengusir ular

Garam tidak bisa digunakan untuk mengusir ular.pixabay.com Garam tidak bisa digunakan untuk mengusir ular.
Pakar gigitan ular dan toksikologi, dr Tri Maharani mengungkapkan, masyarakat Indonesia masih berada di sebuah kondisi di mana mistis dan mitos lebih dominan.

"Jadi, masih jarang ada yang menganalisa perspektif garam untuk mengusir ular dalam konteks ilmiah," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (10/5/2023).

Ia menjelaskan, ular memiliki sisik yang sebenarnya hampir tidak ada celah dan bisa dikatakan sisiknya sangat kuat.

Sehingga apabila dikatakan ular dapat mengabsorpsi (menyerap) garam, maka itu salah. Ini karena ular memiliki sisik yang kuat dan tidak ada celah.

Sisik yang kuat dan tidak ada celah itu membuat tubuh ular tidak mungkin mengabsorpsi garam.

"Persepsi kita, ular itu seperti hewan mollusca. Padahal hewan mollusca itu seperti lintah dan siput, di mana lintah akan mengecil saat terkena garam dan dapat terabsorbsi di dalam tubuhnya," jelasnya.

Baca juga: Ular Masuk Lubang WC, Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?

Lintah dapat mengabsorpsi garam karena hewan ini tidak mempunyai sisik, sedangkan ular memiliki sisik yang kuat dan tebal. Sehingga pada ular tidak ada tempat untuk dapat mengabsorpsi garam.

"Jadi ular itu bukan takut pada garam, melainkan ular tidak bisa diusir dengan menggunakan garam," tandas Tri.

Selain garam, Tri menyampaikan, ular juga tidak bisa mengabsorpsi belerang, cairan pembersih lantai, cairan kimia, kapur barus, atau bahkan ijuk yang beberapa waktu lalu dikatakan bisa untuk mengusir ular.

"Itu semua tidak bisa membuktikan kalau ular bisa diusir dengan bahan-bahan tersebut," tuturnya.

Baca juga: 3 Tanaman yang Disukai Ular, Segera Cabut agar Tidak Jadi Sarangnya

Bagaimana cara mengusir ular?

Tri menyampaikan, dalam salah satu buku WHO juga disebutkan bahwa tidak ada bahan apapun yang bisa digunakan untuk mengusir ular.

"Jadi cara terbaik untuk mengusir ular adalah membersihkan tempat di sekitar lingkungan rumah dari makanan ular itu sendiri," jelasnya.

Ia mengungkapkan, sebetulnya ular akan datang ketika ada makananya. Jadi, ular hanya berfikir untuk mencari makan saja.

"Di mana ketika ada makanan sumber makanan ular, maka mereka akan datang untuk mencarinya. Beberapa makanan ular adalah tikus, katak, ular, burung, dan lainnya," kata dia.

"Ular akan datang ketika mencari makanannya, sedangkan jika diusir dengan berbagai bahan yang saya sebutkan tadi, maka tidak akan ada efeknya. Selama di suatu tempat ada makanan, ular akan selalu datang," sambungnya.

Baca juga: Tanda Ular Masuk Rumah, Penyebab, dan Cara Mencegahnya...

Pertolongan saat digigit ular

Lebih lanjut, Tri menyampaikan, ketika seseorang digigit ular, racun atau bisa ular tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui kelenjar getah bening, dan bukan melalui pembuluh darah.

Untuk itu, semua cara atau pertolongan yang digunakan melalui pembuluh darah, misalnya diisap, diikat, diberikan obat-obat herbal, batu hitam, dan lainnya, tidak terbukti secara ilmiah dapat mengeluarkan bisa ular dari tubuh seseorang.

"Karena bisa ular masuk melalui kelenjar getah bening atau limfogen dan bukan hematogen, maka ketika (ada bagian tubuh) digigit ular harus diberikan pertolongan seperti melakukan imobilisasi atau membuatnya agar tidak bergerak," jelas Tri.

"Hal ini disebabkan karena otot-otot (bagian tubuh) tersebut mempunyai kerja dalam mengaktifkan pumping dari kelenjar getah bening," imbuhnya.

Baca juga: Ular Bisa Loncat Masuk Rumah, Bagaimana Cara Mengusir dan Mencegahnya Kembali?

Pumping adalah pompa dari kelenjar getah bening. Ketika otot-otot yang terkena gigitan ular itu digerakkan, maka dia akan mengaktifkan pumping dari kelenjar getah bening.

Ketika pumping diaktifkan, maka itu akan menyebarkan isinya (bisa ular) ke seluruh tubuh.

Ia mengatakan, apabila sudah menyebar ke seluruh tubuh, maka secara otomatis orang tersebut akan dengan mudah mengalami fase sistemik.

"Dan ketika sudah ada di fase sistemik maka itu bisa merusak organ-organ tubuh dan berakibat fatal. Mulai dari kecacatan anggota tubuh, kerusakan organ, hingga kematian," ungkapnya.

Setelah mendapatkan pertolongan pertama, orang tersbebut harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. 

Baca juga: Ular Masih Bisa Menggigit meski Kepalanya Sudah Terputus, Begini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Tren
Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Tren
Mengenal 'Kidult', Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Mengenal "Kidult", Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Tren
Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang 'Kejar Tayang' Era Jokowi

Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang "Kejar Tayang" Era Jokowi

Tren
Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Tren
Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Tren
Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Tren
9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

Tren
Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Tren
Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Tren
5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

Tren
Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com