Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

India Bersih-bersih Sejarah

Kompas.com - 20/04/2023, 08:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMENTARA Indonesia sedang sibuk bersih-bersih cuci uang, maka India sedang sewot bersih-bersih sejarah.

Dengan alasan mengurangi beban lahir-batin para siswa untuk belajar pada masa pascapagebluk Corona, maka pemerintah yang sedang berkuasa di India secara resmi menghapus sejarah masa kekuasaan dinasti Mughal, huruhara yang membinasakan para warga beragama Islam serta pembunuhan Mahatma Gandhi oleh ekstremis Hindu dari kurikulum mata pelajaran sejarah India di bangku sekolah India masa kini.

Berbagai pihak menilai penguasa India masa kini sedang giat melakukan sanitasi alias bersih-bersih terhadap fakta sejarah yang dianggap tidak kondusif terhadap kepentingan penguasa, maka tidak perlu diketahui oleh generasi muda.

Gerakan sanitasi sejarah yang terjadi di India merupakan bukti tak terbantahkan bahwa apa yang disebut sebagai sejarah pada hakikatnya memang ditulis oleh penguasa.

Maka adalah wajar bahwa penguasa merasa berhak untuk menulis sejarah sesuai dengan kehendak, selera serta kepentingan penguasa.

Namun apapun yang terjadi di India jelas merupakan urusan internal negara dan bangsa India sendiri, maka sama sekali bukan urusan saya sebagai bukan warga India.

Justru bersih-bersih sejarah yang terjadi di India membuat saya merasa bersyukur menjadi warga Indonesia.

Saya bersyukur menjadi warga Indonesia karena sampai dengan saat naskah ini saya tulis, terbukti bahwa pemerintah Indonesia sebagai de facto negara dengan umat Islam terbanyak di marcapada ini belum pernah merasa perlu melakukan sanitasi sejarah sehingga menghapus sejarah kerajaan non-Islam mulai dari Kutai, Sriwijaya, Siliwangi sampai Majapahit dari kurikulum sejarah yang diajarkan kepada generasi muda bangsa Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga belum pernah merasa perlu menghapus peristiwa yang tergores dengan air mata dan darah pada lembaran hitam sejarah Indonesia seperti prahara Madiun, G-30-S, huruhara Mei 1998.

Dari lubuk sanubari terdalam saya mengucapkan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa telah berkenan menganugerahkan kekuatan lahir batin dalam bentuk kejujuran kepada pemerintah Indonesia sehingga tidak perlu melakukan bersih-bersih sejarah yang dianggap tidak perlu diketahui generasi muda bangsa Indonesia yang pada kenyataan telah terbukti mau dan mampu hidup bersama dengan saling menghormati dan saling menghargai akibat saling memahami di dalam suasana Bhinneka Tunggal Ika dengan bekal falsafah Pancasila di sebuah negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus Study Tour SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Kronologi Kecelakaan Bus Study Tour SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Tren
6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

Tren
Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Tren
Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Tren
Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Tren
Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Tren
Dibuka Juni, Simak Syarat dan Cara Cek Formasi CPNS 2024

Dibuka Juni, Simak Syarat dan Cara Cek Formasi CPNS 2024

Tren
Ragam Perayaan Waisak di Berbagai Negara, Seperti Apa?

Ragam Perayaan Waisak di Berbagai Negara, Seperti Apa?

Tren
BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

Tren
Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Tren
Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Tren
Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Tren
Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Tren
Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com