Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Mengapa Gempa Tuban Justru Dirasakan di Wilayah yang Jauh

Kompas.com - 16/04/2023, 06:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa magnitudo 6,6 terjadi di Laut Jawa pada jarak 65 km arah barat laut Kota Tuban, Jawa Timur pada Jumat (14/4/2023) pukul 16.55 WIB. 

Meskipun berpusat di sekitar Tuban, namun beberapa warga Tuban mengaku hanya merasakan guncangan kecil, dan sejumlah masyarakat lainnya mengaku tak merasakannya.

"Awalnya enggak tahu, cuma melihat pintu kamar kok gerak sendiri, dan barang-barang juga goyang-goyang. Saat mencoba berdiri di lantai rasanya kepala agak pusing, gitu aja sih," kata Diah Ayu dikutip dari Kompas.com, Jumat (14/4/2023).

Sementara itu, Imam Ma'arif, warga Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban mengaku tidak mengetahui bahwa terjadi gempa di Tuban.

Imam mengaku tidak merasakan sama sekali adanya getaran gempa di rumahnya. Padahal, saat terjadi gempa, ia berada di rumah sambil menanti waktu berbuka puasa.

"Enggak tahu kalau ada gempa, enggak ada getaran sama sekali kok," katanya.

Gempa dirasakan warga di daerah lain

Sejumlah warganet di media sosial Twitter justru merasakana gempa di sejumlah wilayah yang jauh dari pusat gempa seperti di Pacitan, Solo, Jakarta, Kuta, hingga Lombok.

"Meng kenapa yang daerah dekat gempa tuban tadi sore tidak merasakan ya? Malah yg jauh yg terasa. Adkh pnjelasan ilmiahnya?" tanya akun @AsafaAsafa1 di Twitter.

"Saya tinggal di kota tuban, titik pusat gempa disini tapi biasa aja gak begitu terasa sih kenapa ya ? justru yg terasa banget itu di kota lain yg jaraknya jauh, kenapa ya ??" tanya akun @shan_brg.

"Aneh yaah, yg di Tuban malah gak terasa. Sy dom Mojokerto juga tdk terasa ada gempa. Malah di tempat lsin yang jauh," kata akun @Soezoelas67.

Lantas, mengapa guncangan gempa M 6,6 tidak terasa di Tuban dan justru dirasakan warga di daerah lain?

Penjelasan ahli

Terkait hal tersebut, Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas berpendapat, Gempa Tuban M 6,6 merupakan gempa dalam.

Karena termasuk gempa dalam maka proses penjalaran gelombang seismik akan terjadi jauh dari lokasi episenter.

"Yang lebih terasa getarannya akan tergantung jenis batuan (struktur tanah dan batuan)," ujar Heri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (15/4/2023).

Apabila struktur tanah dan batuan lunak seperti Jakarta, maka menurutnya guncangan akan lebih besar karena ada proses amplifikasi.

Sebaliknya jika daerah merupakan daerah dengan batuan keras seperti Tuban, dan Lamongan maka ada kemungkinan getaran yang terasa lebih kecil.

"Karena penjalararan gelombang seismik kalau ketemu batuan keras akan teratenuasi atau terserap energinya lebih besar," kata dia.

Lebih tepat disebut gempa Laut Jawa

Sementara itu, dihubungi terpisah ahli kegempaan dari ITB, Irwan Meilano menjelaskan, gempa M 6,6 tersebut menurutnya lebih tepat disebut dengan gempa Laut Jawa dibandingkan gempa Tuban.

Hal ini karena menurut Irwan pusat gempa berada di kedalaman sekitar 600 km di dalam Laut Jawa.

Ia menjelaskan, pada umumnya gempa dalam, jarang terjadi. Selain itu, gempa dalam terjadi sebagai bagian dari lempeng oseanik yang juga disebut dengan subducting slab.

"Subducting slab merupakan bagian dari lempeng yang masuk ke bawah (Pulau Jawa)," kata Irwan.

Lebih lanjut ia menuturkan, lempeng Australia tersebut bermula dari selatan Pulau Jawa dan masuk menurun ke dalam di bawah Pulau Jawa. Semakin ke utara, maka posisi lempeng akan semakin dalam.

Jika lempeng di bagian dalam tersebut terjadi gempa, maka gelombang akan merambat melalui subducting slab. Hal inilah menurutnya yang kemungkinan menyebabkan getaran gempa justru banyak dirasakan di wilayah selatan.

"Dia akan merambat melalui lempeng yang ke arah dia datang," ungkapnya.

Menurut Irwan, getaran tersebut kecil kemungkinannya merambat ke arah atas dari titik lokasi pusat gempa.

Hal ini terjadi karena di atas lempeng pusat gempa dalam yang merupakan lapisan uppermantel bersifat lebih cair atau sisco elastis.

"Gempa hanya akan terjadi jika batuan cukup keras, sehingga jika di atasnya lebih cair tidak akan efektif," ujarnya.

Faktor kedua yang menurutnya menjadi penyebab mengapa gempa dirasakan di tempat yang jauh adalah karena periode goncangan yang terjadi.

Periode goncangan yang lama menurutnya dapat mempengaruhi bangunan yang lebih tinggi.

Di Surabaya, banyak memiliki bangunan yang lebih tinggi jika dibandingkan di Tuban.

Oleh karena itu, Surabaya yang berada di bangunan tinggi akan lebih terasa dibanding di Tuban yang kebanyakan hanya satu lantai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com