KOMPAS.com - Stroke merupakan penyakit serius yang membutuhkan penanganan segera. Semakin lamban diatasi, akan semakin parah kondisi pasien.
Hal ini karena aliran darah yang terhambat tidak akan bisa mengedarkan oksigen yang cukup ke otak. Jika dibiarkan terlalu lama, penderita berisiko mengalami kelumpuhan, kerusakan otak, hingga kematian.
Pengobatan stroke akan dilakukan tergantung jenis penyakit yang diderita. Penyakit ini disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah maupun kebocoran pembuluh darah di otak.
Berikut cara mendiagnosis dan mengobati stroke.
Baca juga: Apa Itu Stroke: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganan
Dokter akan melakukan sejumlah tes, seperti mendengarkan detak jantung dan memeriksa tekanan darah.
Penderita juga akan menjalani pemeriksaan neurologis untuk melihat bagaimana potensi stroke memengaruhi sistem saraf tubuh.
Beberapa tes darah akan dijalankan untuk memeriksa seberapa cepat pembekuan darah terjadi dalam tubuhnya, kondisi gula darah, dan apakah mengalami infeksi.
Dokter akan melakukan CT scan menggunakan serangkaian sinar-X untuk mengambil gambaran detail otak penderita. Hasilnya dapat menunjukkan perdarahan di otak, stroke iskemik, tumor, atau kondisi lainnya.
MRI menggunakan gelombang radio yang kuat dan medan magnet dilakukan untuk mengambil gambaran otak secara detail . MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang rusak akibat stroke iskemik dan perdarahan otak.
Melalui tes ini, gelombang suara menghasilkan gambar detail dari bagian dalam arteri karotis di leher. Tes ini juga menunjukkan penumpukan timbunan lemak dan aliran darah di arteri karotis.
Dokter akan memasukkan selang tipis menuju arteri karotis atau vertebralis. Prosedur ini memberikan gambaran rinci tentang arteri di otak dan leher.
Tes gelombang suara dilakukan untuk mengambil gambar jantung dan menemukan sumber gumpalan yang menghalangi aliran darah dan menyebabkan stroke.
Baca juga: 6 Kondisi Lingkungan yang Meningkatkan Risiko Stroke, Apa Saja?
Sementara pasien stroke hemoragik akan menjalani perawatan terkait perdarahan di otak akibat pembuluh darah yang bocor.
Berikut prosedur pengobatan stroke:
Dikutip dari Institut Nasional Jantung, Paru-paru, dan Darah (NHLBI) AS, pengobatan utama stroke iskemik adalah obat tissue plasminogen activator (tPA). Obat ini harus diberikan 3 sampai 4,5 jam setelah muncul gejala.
Obat ini akan memecah gumpalan yang menghalangi aliran darah ke otak. Dokter akan menyuntikkan tPA ke pembuluh darah di lengan. Pasien penerima obat ini akan lebih cepat pulih dan memiliki lebih sedikit kecacatan daripada pasien yang tidak menerima obat.
Jika tidak dapat memiliki tPA, dokter mungkin akan memberikan obat antikoagulan atau pengencer darah, seperti aspirin atau clopidrogrel. Ini membantu menghentikan pembentukan gumpalan darah
Dilansir dari Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, pasien stroke hemoragik harus mengonsumsi obat-obatan lain dan menjalani prosedur pembedahan untuk menghentikan perdarahan dan menyelamatkan jaringan otak.
Prosedur endovaskular dapat membantu memperbaiki titik lemah atau pecahnya pembuluh darah.
Perawatan bedah jika perdarahan stroke hemoragik disebabkan oleh aneurisma atau area pembengkakan arteri yang pecah.
Pasien juga mungkin akan mengonsumsi obat penurun tekanan darah, obat antikoagulan atau pengencer darah, dan vitamin K untuk menghentikan perdarahan.
Baca juga: Daftar Makanan Pencegah Stroke, Menurunkan Risiko Gangguan Pembuluh Darah
Untuk mengembalikan kondisi tubuh mereka seperti semula, pasien akan menjalani rehabilitasi. Prosedur ini juga dilakukan untuk membantu pencegahan stroke kembali muncul.
Berikut beberapa prosedur rehabilitasi stroke yang akan dijalani pasien.
Terapi dan obat-obatan juga diberikan untuk membantu mengatasi depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya setelah stroke.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.