Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Herpes: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Kompas.com - 24/03/2023, 07:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Dilansir dari HealthLine, herpes terkadang tidak menimbulkan gejala, tergantung tingkat keparahannya.

Seseorang dapat mengalami infeksi HSV primer atau sekali, hingga berulang kali atau disebut dengan recurrent.

Gejala dari herpes primer umumnya akan muncul beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar virus dan seringkali mirip dengan gejala flu, seperti:

  • Demam.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Sakit dan nyeri tubuh, termasuk sakit kepala.
  • Rasa lelah yang tidak biasa.
  • Berkurangnya nafsu makan.
  • Terdapat rasa sakit di tempat infeksi berupa luka atau lepuh.

Lepuh tersebut akan memakan waktu hingga enam minggu agar sembuh total dengan sendirinya. Di waktu tersebut pula virus dapat menular ke lainnya.

Baca juga: Viral, Unggahan Balita Terkena Herpes Setelah Dicium Orang Dewasa

Beberapa orang dapat mengalami herpes berulang, namun rentang waktunya akan semakin jauh seiring waktu dikarenakan tubuh memproduksi antibodi untuk melawan virus tersebut.

Biasanya, gejala yang terlihat pada herpes berulang, seperti:

  • Lepuh yang muncul selama masa berulang dapat sembuh total dalam beberapa hari, bukan beberapa minggu.
  • Lepuh semakin tidak terlihat dan tidak menyakitkan.

Sebelum seseorang terkena herpes berulang, akan muncul gejala beberapa jam atau hari sebelum lepuh muncul pada kulit yang meliputi:

  • Nyeri.
  • Gatal.
  • Kulit terasa terbakar.
  • Perasaan geli.

Baca juga: Kenali Panu: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Pengobatan herpes

Lepuh dari herpes biasanya akan membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Namun, jika seseorang mengalami herpes berulangkali, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat antivirus.

Obat antivirus tersebut, seperti:

  • Acyclovir.
  • Famciclovir.
  • Valacyclovir.
  • Foscamet atau cidofovir untuk HSV yang sudah resisten dengan obat lainnya.

Selain melalui obat antivirus, juga dapat melalui pengobatan rumahan yang mudah untuk dilakukan sembari mengisolasikan diri dari yang lainnya.

Pengobatan rumahan tersebut meliputi:

  • Kompres dingin.
  • Pasta soda kue atau tepung maizena dan air campuran bawang putih yang dihacurkan dengan minyak zaitun.
  • Lidah buaya yang diolekskan ke luka.
  • Minyak pohon teh, kayu putih, atau peppermint dengan diencerkan bersama minyak kelapa.
  • Konsumsi vitamin.

Baca juga: Kurap: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com