Bagi dua kehamilan yang jaraknya kurang dari 3 tahun, ibu dan bayi cenderung kurang gizi.
Anak yang belum berusia 3 tahun sering belum siap, cemburu, dan stres kalau mempunyai adik. Untuk itu, dianjurkan ibu melakukan KB dan baru hamil lagi tiga tahun kemudian.
Program ini juga menurunkan kejadian autisme, stunting, dan bayi lahir sebelum waktunya.
Ibu-ibu berusia 35 tahun ke atas dan memiliki paling tidak dua anak memiliki risiko tinggi kalau hamil. Ia akan mengalami tensi darah mudah naik dan gula darah sering tidak nomal. Akibatnya, kehamilan tersebut akan berisiko membahayakan.
"Kondisi seperti ini, lebih baik KB saja. Walau usianya sudah cukup, masih bisa hamil tapi berisiko. Solusinya KB!" tegas Hasto.
Baca juga: Pil KB Bisa Menyebabkan Mood Swings, Ini Cara Mengatasinya
Dokter spesialis kebidanan dan konsultan kandungan di RS Advent Bandung dr Wawang Setiawan Sukarya menegaskan, tidak boleh ada pemaksaan di antara suami dan istri terkait menjalankan program KB.
"Untuk ikut Keluarga Berencana memang harus dilakukan konseling kepada suami-istri, sampai mereka mengerti," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (17/3/2023).
Ia menjelaskan, ada berbagai macam alat kontrasepsi yang dapat dipilih oleh sepasang suami-istri. Alat tersebut berupa pil, suntikan implan, atau IUD.
Menurutnya, penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti pil lebih mudah karena penggunanya hanya perlu meminum pil sesuai aturan dokter.
Sementara itu, pemasangan dan metode suntik, implan, atau IUD harus minta tolong dokter atau bidan.
Wawang menjelaskan, ada beberapa efek samping yang akan dirasakan tubuh setelah melakukan KB, yaitu:
Meski ada efek samping yang akan dirasakan akibat KB, Wawang menegaskan kalau KB tetap dapat dilakukan untuk mengatur kehamilan agar tidak berisiko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.