Tradisi ini juga diramaikan dengan warak ngendhog, yaitu atraksi replikasi hewan berkaki empat berkepala mirip naga.
Baca juga: Kapan Tradisi Nyadran Jelang Ramadhan 2023? Catat Tanggalnya
Masyarakat Kaliwungu, Kendal memiliki tradisi unik memakan telur ikan mimi di malam sebelum berpuasa Ramadhan. Mereka meyakini telur ikan mimi ini dahulu dimakan oleh penyebar agama Islam.
Ikan mimi bukanlah ikan tapi binatang laut yang menyerupai ikan pari. Telur ikan mimi akan banyak dijual di alun-alun Kendal menjelang Ramadhan. Di tempat itu, biasanya juga akan ada pasar tiban atau pasar dadakan.
Selain makan telur ikan mimi, warga Kaliwungu juga memiliki tradisi tukuder yang artiya membeli makanan jelang Ramadhan.
Tradisi nyadran atau sadranan dilakukan di daerah Jawa, terutama Jawa Tengah. Kata "nyadran" berasal dari bahasa Sanskerta "sraddha" yang berarti keyakinan.
Tradisi ini dilakukan dengan mendatangi makam orang tua atau saudara yang sudah meninggal, kemudian membersihkan makam sambil menaburkan bunga. Mereka lalu bersama-sama mendoakan mendiang keluarga.
Baca juga: Pengertian Puasa dan Jenis-jenisnya
Tradisi ini dilakukan untuk menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga sehingga saat Ramadhan datang umat muslim dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.
Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta akan menjalankan tradisi ini dengan berendam atau mandi di sumber mata air secara beramai-ramai.
Tradisi megengan dilakukan oleh masyarakat Provinsi Jawa Timur menjelang Ramadhan.
Megengan berasal dari kata "megeng" yang berarti menahan. Artinya, menahan segala hal yang membatalkan ibadah puasa, yaitu lapar, haus, serta hawa napsu.
Tradisi ini dilakukan dengan kenduri atau selamatan di masjid atau mushola. Setiap warga membawa makanan untuk saling berbagi.
Salah satu makanan yang wajib ada dalam tradisi megengan adalah kue apem. Nama apem berasal dari kata bahasa Arab yakni afwan yang berarti maaf atau ampunan. Kue ini menjadi simbol permohonan dan ampun kepada Allah SWT.
Baca juga: Pengertian Puasa dan Rukun-rukunnya
Masyarakat Gorontalo memiliki tradisi Mohibadaa setiap menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan dengan membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker wajah.
Tradisi ini sesungguhnya tidak hanya berlangsung sebelum Ramadhan. Namun, momen menyambut bulan suci menjadikannya lebih istimewa.
Ramuan rempah-remah yang digunakan untuk masker wajah terdiri dari campuran tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), dan alawahu (kunyit). Tepung beras kadang diganti menjadi beras ketan agar hasil ramuannya halus.
Warga setempat percaya Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit. Usaha ini dilakukan karena biasanya kulit terasa kering saat puasa ditambah lagi cuaca Gorontalo sangat panas.
Untuk lebih mudah digunakan, paket rempah tradisional untuk membuat masker ini dijual di pasar tradisional sehingga tidak perlu meracik sendiri.
(Sumber: Kompas.com/Ulfa Arieza, Heru Dahnur | Editor: Anggara Wikan Prasetya, Nabilla Tashandra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.