Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Tradisi Unik Jelang Ramadhan, dari Mandi di Sungai hingga Makan Telur Ikan

Kompas.com - 15/03/2023, 07:05 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

5. Nyorog, Jawa Barat

Suku Betawi di Provinsi Jawa Barat memiliki tradisi bernama nyorog untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Nyorog dilakukan dengan membagikan bingkisan makanan ke saudara dan keluarga yang tinggalnya berjauhan.

Bingkisan makanan yang dikirimkan berupa kue-kue atau bahan makanan, seperti gula, susu, kopi, sirup, beras, ikan, dan daging. Kadang, mereka juga memberikan makanan khas Betawi menggunakan rantang, contohnya sayur gabus pucung.

Tradisi ini berawal dari kehidupan masyarakat Betawi yang pada zaman dulu tinggal berjauhan karena dibatasi hutan dan kebun..

6. Papajar, Cianjur

Dilansir dari Kompas.com (13/3/2023), tradisi papajar merupakan ritual makan bersama sebelum puasa yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Tradisi ini umumnya dilakukan seminggu sebelum Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan dengan acara makan bersama nasi liwet di perkampungan penduduk.

Tidak hanya itu, masyarakat Cianjur juga menggelar acara makan bersama di tempat wisata.
Itu sebabnya obyek wisata di Cianjur ramai pengunjung mejelang Ramadhan.

Masyarakat Cianjur akan ramai-ramai mengunjungi tempat wisata bersama keluarga untuk melakukan papajar.

Baca juga: Syarat Penerima Bansos Pemerintah Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

7. Munggahan, Jawa Barat

Tradisi munggahan diadakan di Jawa Barat. Tradisi ini biasanya dilakukan seminggu atau dua minggu sebelum Ramadhan.

Masyarakat setempat akan berkumpul bersama keluarga, saudara, dan tetangga untuk makan bersama dan bermaaf-maafan. Selain itu, mereka juga akan memanjatkan doa untuk kelancaran ibadah puasa.

8. Arwah jamak, Demak

Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kerajaan Demak Shutterstock/Adhing Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kerajaan Demak
Arwah jamak adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Demak, Jawa Tengah sejak masa Sunan Kalijaga.

Arwah jamak dilakukan dengan membaca doa untuk orang tua, saudara, serta leluhur yang sudah meninggal. Warga akan membaca doa bersama-sama menjelang puasa dan sepuluh hari terakhir pada malam ganjil Ramadhan.

Tidak hanya itu, warga yang ingin berdoa secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah yang didoakan. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.

9. Dandangan, Kudus

Tradisi dandangan menandai dimulainya bulan Ramadhan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Puncak seremoni ini dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus.

Kata dandangan berasal dari suara bedug khas Masjid Menara Kudus yang saat berbunyi nyaring terdengar suara ‘dang’.

Awalnya, dandangan hanyalah tradisi para santri yang berkumpul di depan Masjid Menara Kudus menjelang Ramadhan, menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.

Saat ini, tradisi dandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang menunjukkan budaya di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil atau merapikan rokok, dan lain-lain.

Baca juga: Puasa Ramadhan 2023 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah, serta Prediksi BRIN

10. Dugderan, Semarang Jawa Tengah

Warga melihat pentas tarian kuda lumping dalam tradisi Dugderan di Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Tradisi Dugderan untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang dimeriahkan dengan berbagai kesenian serta pasar rakyat itu kembali dilaksanakan seiring penurunan kasus COVID-19.ANTARA FOTO/AJI STYAWAN Warga melihat pentas tarian kuda lumping dalam tradisi Dugderan di Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Tradisi Dugderan untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang dimeriahkan dengan berbagai kesenian serta pasar rakyat itu kembali dilaksanakan seiring penurunan kasus COVID-19.
Dugderan dilakukan menjelang Ramadhan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah.

Ribuan orang mengikuti prosesi karnaval dugderan dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.

Dugderan merupakan perpaduan budaya tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yaitu Jawa, China, dan Arab.

Nama dugderan berasal dari suara bedug yang ditabuh yaitu bunyi 'dug' dan 'der'. Tabuhan bedug menjadi tanda dimulainya bulan Ramadhan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com