Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kutukan Mumi Itu Nyata?

Kompas.com - 27/02/2023, 17:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di pertengahan abad ke-20, banyak orang percaya akan kutukan mumi. Orang yang membuka makam mumi diyakini akan meninggal atau mengalami kesialan akibat kutukan di dalamnya.

Kepercayaan akan kutukan mumi ini terlihat dari film-film bertema sama yang rilis saat itu.

Contohnya film The Mummy's Curse (1944) dan The Curse of the Mummy's Tomb (1964).

Ketakutan akan kutukan mumi ini muncul setelah beberapa arkeolog yang terlibat dalam pembukaan makam meninggal dunia.

Orang saat itu menganggap mereka tewas karena membuka makam mumi yang terkutuk.

Lalu, benarkah kutukan mumi itu nyata?

Baca juga: Ratusan Mumi dan Piramida Ratu Mesir Kuno Ditemukan di Dekat Makam Raja Tut


Meninggal usai buka makam mumi

Kabar akan adanya kutukan mumi menyebar di kalangan warga Inggris usai George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris Raya, jatuh sakit dan meninggal pada 1923.

Menurut Live Science (23/9/2022), Herbert merupakan pendonor di misi pencarian dan penggalian makam Raja Mesir Tutankhamun.

Arkeolog Inggris Howard Carter berhasil menemukan makam itu pada November 1922 di Lembah Para Raja dekat Luxor, Mesir.

George Herbert dan Howard Carter lalu membuka makam itu bersama-sama. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, Herbert meninggal.

Kejadian yang disebut terjadi akibat kutukan mumi itu tidak hanya dirasakan Herbert.

Dilansir Daily JSTOR (22/8/2019), Sir Bruce Ingham, teman Carter, menerima hadiah pemberat kertas yang terbuat dari tangan mumi. Nahas, rumahnya lalu terbakar habis.

Pemodal Amerika George Jay Gould yang pernah mengunjungi makam tersebut juga tertular pneumonia dan meninggal pada 16 Mei 1923.

Kejadian-kejadian ini lalu membuat publik semakin yakin kutukan mumi sungguh ada dan bisa membunuh seseorang.

Baca juga: Peti Mati dan Mumi Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Kuil Kuno Mesir

Asal kutukan mumi

Arkeolog Howard Carter membuka sarkofagus firaun Mesir Tutankhamun Credit: Wikimedia Commons Arkeolog Howard Carter membuka sarkofagus firaun Mesir Tutankhamun
Dikutip dari National Geographic, ahli Mesir Dominic Montserrat berusaha menyimpulkan bahwa konsep adanya kutukan mumi dimulai dari pertunjukan aneh di London abad ke-19.

Dalam pertunjukan ini, ada adegan yang menunjukkan mumi asli Mesir dibuka. Hal ini dilakukan agar bisa jadi ide bagi penulis lainnya.

Sementara itu, ahli epidemiologi Mark R. Nelson menyatakan bahwa kutukan mumi dipicu oleh cerita dari karya sastra.

Contohnya penulis Little Women, Louisa May Alcott yang menerbitkan cerita pendek "Lost in a Pyramid" atau "The Mumy's Curse" pada 1869.

Ia juga menjelaskan bahwa konsep kutukan mumi itu mendahului penemuan makam Tutankhamun. Ini karena karya seni tentang kutukan itu sudah ada paling tidak 100 tahun sebelum Herbert dan Carter menemukan makam tersebut.

Ronald Fritze, seorang profesor sejarah di Universitas Negeri Athena di Alabama menambahkan, publik di masa Yunani dan Romawi sering mengasosiasikan masyarakat Mesir kuno dengan kutukan dan sihir.

Ia juga menyatakan bahwa saat banyak orang asing datang ke Mesir untuk melihat mumi, warga setempat merasa terganggu. Lalu, muncullah cerita fiksi yang menceritakan tentang kutukan yang berhubungan dengan mumi.

Mitos kutukan mumi lalu membesar di publik. Banyak koran dan novel menuliskan tentang ini, termasuk Arthur Conan Doyle penulis novel Sherlock Holmes.

Baca juga: Arkeolog Temukan Mumi dengan Lidah Emas Berusia 2.000 Tahun di Mesir

Fakta kutukan mumi

Penggalian makam Firaun Tutankhamun.HARRY BURTON/GRIFFITH INSTITUTE, OXFORD UNIVERSITY via BBC INDONESIA Penggalian makam Firaun Tutankhamun.
Ahli Mesir asal Universitas American di Kairo Salima Ikram percaya bahwa konsep kutukan memang ada di Mesir kuno sebagai bentuk sistem keamanan yang primitif.

Dia mengatakan bahwa beberapa dinding makam di Giza dan Saqqara bertuliskan kutukan untuk menakuti orang yang akan mengganggu tempat peristirahatan kerajaan. Isi kutukan itu berupa ancaman dari dewa dan kematian akibat hewan buas.

Sedangkan soal kematian ilmuwan, beberapa ahli menyakini George Herbert meninggal akibat infeksi kuman atau patogen. Hal ini dinyatakan oleh Sylvain Gandon seorang peneliti Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris.

Studi laboratorium menunjukkan beberapa mumi purba membawa jamur, termasuk Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.

Keduanya dapat menyebabkan kemacetan atau pendarahan di paru-paru. Bakteri penyerang paru-paru seperti Pseudomonas dan Staphylococcus juga dapat tumbuh di dinding makam.

Baca juga: Kedai Kopi Tertua di Dunia, Berusia Ratusan Tahun hingga Rutin Disinggahi Voltaire

Faktanya, tim peneliti penulis artikel di jurnal International Biodeterioration & Biodegradation mengungkapkan bahwa organisme yang menciptakan bintik-bintik coklat di makam Tutankhamun sudah tidak aktif.

Mark Nelson, seorang profesor epidemiologi di Universitas Monash Australia juga tidak menemukan bukti bahwa arkeolog yang masuk ke dalam makam akan selalu meninggal.

Studi yang dilakukan terhadap 25 orang yang bekerja atau masuk ke makam mumi justru membuktikan bahwa mereka yang masuk ke dalam makam hidup sampai usia 70 tahun. Usia ini terbilang cukup tinggi bagi masyarakat pertengahan abad ke-20.

Selain itu, profesor epidemiologi di University of Hawaii di Manoa F. DeWolfe Miller tidak percaya makam di bawah tanah berusia 3.000 tahun itu memiliki mikroorganisme aneh di dalamnya yang bisa membunuh seseorang enam minggu kemudian.

Setelah diperiksa, George Herbert ternyata meninggal dunia akibat infeksi, bukan kutukan. Ia menderita infeksi akibat luka yang didapat dari bekas gigitan nyamuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com