Slamet menerangkan, perambahan dan alih fungsi hutan secara masif hingga hutan primer menjadi lahan sawit, karet, atau rumah penduduk, tak lantas dimengerti gajah.
Oleh karena itu, apabila suatu saat gajah melintas pada jalur lintasan yang sudah berubah fungsi, mereka akan melabrak apa saja yang menghalangi dan memakan tanaman pertanian.
"Pada kasus seperti ini, manusialah yang harus mengalah atau pindah, karena kalau gajah dihalau dan manusia tidak mengalah, maka pada suatu saat kelompok gajah tersebut akan melewati jalur yang sama, dan konflik dengan manusia berulang," ujar Slamet.
Menurut dia, gajah adalah hewan dengan memori atau daya ingat kuat.
Untuk itu, apabila pada konflik pertama gajah merasa tersakiti, maka konflik berikutnya mereka akan bersikap lebih agresif terhadap manusia.
Baca juga: Kawanan Gajah Lari dari Cagar Alam, seperti Ini Jejak yang Ditinggalkan Sepanjang 500 Kilometer
Di sisi lain, seperti dikutip Kompas.com (11/10/2020), gajah juga dianugerahi dengan pendengaran yang sangat baik.
Gajah Afrika bahkan dapat mendeteksi suara gemuruh di tanah dengan sel sensorik di kaki.
Seekor gajah akan 'mendengar' getaran yang merambat ke kaki depannya, lalu ke tulang kaki dan bahunya, dan sampai ke telinga tengahnya.
Mereka dapat mengetahui dari mana suara itu berasal hanya dengan membandingkan waktu sinyalnya.
Namun demikian, beberapa orang masih keliru dengan cara gajah minum melalui belalai. Padahal faktanya, mamalia ini tidak sampai menelan air menggunakan belalai.
Mereka hanya menyedot sebagian air ke atas batang belalai, kemudian menuangkannya ke mulut.
Sama seperti pakan, jumlah air yang mereka minum pun sangat banyak. Rata-rata seekor gajah bisa menghabiskan antara 140-230 liter air sehari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.