Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia 6 Februari

Kompas.com - 06/02/2023, 08:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Perkembangan praktik FGM

Masih dari sumber yang sama, data yang dikumpulkan oleh Unicef, Kamis (3/2/2022) menunjukkan bahwa:

  • Setidaknya 200 juta anak perempuan dan perempuan yang hidup saat ini telah mengalami matilasi alat kelamin perempuan.
  • Tren yang mengkhawatirkan muncu letika sekitar 1 dari 4 anak perempuan dan perempuan disunat.
  • Dari 31 negara dengan data mutilasi alat kelamin perempuan, 15 negara di antaranya sudah bergulat dengan konflik, seperti meningkatnya kemiskinan dan ketidaksetaraan, menciptakan krisis, dan membuat gadis-gadis terpinggirkan di dunia.
  • Di beberapa negara, mutilasi alat kelamin perempuan masih hampir universal dengan sekitar 90 persen anak perempuan di Djibouti, Guinea, Mali dan Somalia terkena dampaknya.
  • Di sejumlah negara, mutilasi alat kelamin perempuan semakin banyak dilakukan pada usia muda sehingga mempersempit peluang intervensi. Di Kenya contohnya, perempuan rata-rata disunat ketika berusia 9 tahun dalam tiga dekade terakhir.
  • Saat ini, anak perempuan sepertiga lebih kecil mengalami mutilasi alat kelamin dibandingkan dengan tiga dekade lalu.
  • Dalam dua dekade terakhir, proporsi anak perempuan dan perempuan di negara-negara dengan prevalensi tinggi yang menentang praktik tersebut meningkat dua kali lipat.
  • Memastikan akses anak perempuan ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan sangat penting untuk mempercepat penghapusan mutilasi alat kelamin perempuan.

Baca juga: Alasan Ayah Kandung Potong Kemaluan Anak, Kesal Diminta Istri Segera Sunat Anaknya

Tema Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia

Dikutip dari laman UNFPA, tahun ini Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia mengusung tema "Kemitraan dengan Pria dan Anak Laki-Laki untuk Mengubah Norma Sosial dan Gender untuk Mengakhiri FGM".

Tema ini bertujuan untuk mendorong keterlibatan laki-laki dan komunitas global untuk mempercepat penghapusan praktik sunat pada perempuan.

Inisiatif tersebut diharapkan mampu menciptakan kelompok laki-laki yang sadar akan pentingnya perlindungan perempuan dan anak perempuan di segala aspek.

Dengan begitu, pada 2030 mendatang, dampak global dari sunat pada perempuan bisa berakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com