Pada orang tanpa gejala, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus corona dibandingkan mereka yang memiliki gejala.
Meski kepastiannya sangat rendah, bukti juga menunjukkan, pasien bergejala yang dipulangkan pada hari ke-5 setelah timbulnya gejala berisiko menularkan orang tiga kali lebih banyak daripada mereka yang dipulangkan pada hari ke-10.
Baca juga: Sudah Masuk Indonesia, Simak Gejala Infeksi Covid-19 Omicron BF.7
WHO juga mengubah ketentuan terkait pengobatan Covid-19.
Melalui pedoman terbaru, organisasi kesehatan ini memperluas rekomendasi penggunaan nirmatrelvir-ritonavir atau Paxlovid.
Paxlovid pertama kali direkomendasikan pada April 2022.
Obat ini digunakan pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan, sedang, hingga parah.
Kendati demikian, wanita hamil atau menyusui yang terinfeksi virus corona meski dengan gejala tidak parah, harus berkonsultasi pada dokter sebelum menggunakan Paxlovid.
Baca juga: Cara Daftar Booster Kedua untuk Lansia dan Jenis Kombinasi Vaksinnya
Selain Paxlovid, WHO juga merekomendasikan sotrovimab dan casirivimab-imdevimab untuk mengobati Covid-19.
Tinjauan WHO, obat-obatan tersebut membantu mengurangi aktivitas melawan varian virus yang beredar saat ini.
Diketahui, terdapat enam pilihan pengobatan yang terbukti membantu proses pemulihan Covid-19.
Tiga di antaranya mencegah rawat inap pada orang berisiko tinggi, sementara tiga lainnya menyelamatkan nyawa pada pasien dengan penyakit parah atau kritis.
Baca juga: Vaksinasi Booster Kedua untuk Lansia Dimulai, Masyarakat Umum Kapan?