Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Membumikan Konsep Kepemimpinan Humas

Kompas.com - 25/11/2022, 13:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perhelatan G20 tahun 2022 berlangsung dalam situasi yang tidak begitu mendukung, ada banyak kejadian kurang harmonis, salah satunya adalah konflik Rusia dan Ukraina. Rusia merupakan anggota G20 dan ketika konflik terjadi, banyak yang menginginkan Rusia di-suspend keanggotannya dari G20. Namun, Indonesia tidak menginginkan itu.

Pada akhirnya, kita bisa melihat hampir semua pemimpin G20 hadir. Rusia juga hadir, begitu juga Ukraina. Lalu, banyak negara yang mengapresiasi penyelenggaraan KTT G20. Bahkan, G20 menghasilkan kesepakatan konkrit yang berbentuk Pandemic Fund.

Baca juga: Perbedaan Fungsi Internal dan Eksternal Public Relations

Contoh lainnya adalah terkait nation branding Wonderful Indonesia. Brand Wonderful Indonesia yang dibuat Kemenparekraf sukses membuat berita baik tentang pariwisata kita.

Berkat kerja sama dalam membangun brand Wonderful Indonesia, Indonesia sukses meraih peringkat 40 dari 140 negara dalam Travel and Tourism Competitive Index di tahun 2021.

Dari ilustrasi ini, kita bisa melihat vitalnya peran humas dalam memastikan Indonesia tetap mendapatkan acceptance di mata publik dunia. Kerja keras para diplomat dan jajaran tim lainnya untuk meyakinkan banyak negara untuk hadir dan membuat kesepakatan sangat patut diapresiasi. Mereka berkomunikasi dengan mengedepankan transparansi, komunikasi terbuka, kejujuran dan kepercayaan (trust) antar pihak yang terlibat. Alhasil, perhelatan G20 berhasil digelar dengan baik.

Dari Wonderful Indonesia, kita belajar bagaimana konsistensi yang dijalankan praktisi komunikasi mereka dalam menyampaikan berbagai potensi pariwisata yang ada di Indonesia. Mereka berusaha semaksimal mungkin memunculkan karakter-karakter unik dari destinasi pariwisata Indonesia. Alhasil, Indonesia mencapai top 40, namun saya yakin sektor pariwisata Indonesia masih akan terus berkembang ke depannya.

Karakter fundamental

Perhelatan G20 dan nation branding Wonderful Indonesia menjadi pelajaran bagi kita tentang bagaimana pentingnya kepemimpinan humas. Kita juga belajar bahwa menjadi humas harus memiliki skillset, karakter, dan kompetensi yang tepat. Tanpa itu, seorang humas tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya secara optimal.

Pemimpin humas harus memiliki empat dimensi karakter berikut: etis, efektif, empati, dan empower. Dalam hal etis, pemimpin humas harus memiliki prinsip dan value serta mampu menyeimbangkan value personal dan organisasi.

Di atas itu semua itu, seorang humas harus memiliki integritas, yang dibuktikan dengan kejujurannya. Kejujuran menghasilkan rasa kepercayaan kepada banyak orang.

Ketika humas sudah mendapatkan rasa percaya dari banyak orang, komunikasi akan menjadi lebih mudah. Komunikasi yang telah berjalan lancar dapat menjadi katalis untuk membangun hubungan yang strategis.

Humas juga harus mampu memahami karakter sesama individu. Sangat penting untuk memahami bahwa manusia sangat rumit dan beragam dan kita harus memahami dan tidak menghakimi perbedaan. Memahami karakter manusia akan membuat kita mampu mendekati mereka dan menjalin komunikasi yang empatik dan konstruktif.

Dalam hal efektifitas, pemimpin humas perlu mempertimbangkan pendekatan komunikasi apa yang efektif. Terlebih, saat ini ada beragam platform komunikasi dan pemimpin humas perlu menyesuaikannya dengan karakter tim dan kebutuhan.

Misalnya, dalam menyampaikan laporan atau berita terkini, menurut studi Muck Rack tahun 2021, jalur komunikasi melalui email (89 persen) masih menjadi favorit. Diikuti via chat (47 persen), live meeting (46 persen), dan hub komunikasi internal (43 persen).

Dalam berkomunikasi sehari-hari dengan rekan kerja, 81 persen humas profesional menggunakan Slack dan Microsoft Teams untuk berkomunikasi. Dengan peka melihat perbedaan komunikasi untuk menyampaikan laporan dan komunikasi sehari-hari, pemimpin dalam humas perlu mempertimbangkan saluran yang efektif dalam menyampaikan pesan sesuai kepentingan dan kebutuhan.

Terkait empati, dalam hal komunikasi aspek empati tak bisa dilewatkan begitu saja. Empati merupakan karakter yang harus ada dalam pemimpin.

Jin (2010) mengkaji pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap empati. Hasilnya, kedua hal tersebut merupakan faktor signifikan kompetensi pemimpin hubungan masyarakat dalam mendapatkan kepercayaan karyawan, mengelola frustasi dan optimisme karyawan, serta mengambil sikap terhadap karyawan dan manajemen puncak dalam konflik pengambilan keputusan.

Menerapkan empati menunjukkan bahwa komunikator memahami audience atau lawan bicaranya. Pemimpin humas perlu memahami berbagai karakteristik orang dan memiliki kesabaran dalam menghadapi mereka, sehingga pemimpin humas harus sensitif terhadap berbagai tanda dan emosi.

Yang paling penting, humas harus menjadi seorang active listener, baik dalam lingkup sosial maupun digital. Humas berperan menangkap aspirasi dari berbagai pihak. Kemampuan mendengarkan dengan aktif inilah yang menjadi aset paling penting. Mendengarkan aktif menjadi awal mula dari kolaborasi sampai pengambilan keputusan strategis.

Terakhir tentang empower atau berdaya. Menjadi pemimpin humas harus memiliki curiosity yang tinggi karena humas berurusan dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang, sehingga humas harus menjadi seorang yang multiliterasi atau memiliki banyak pengetahuan mulai dari politik, digital, ekonomi, dan lain sebagainya.

Namun, di saat bersamaan, menjadi humas harus siap belajar apapun dan memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang, sehingga dapat terus produktif. Selain itu, hal penting yang semua humas harus miliki adalah ketekunan.

Menurut King (2014), ketekunan merupakan persyaratan dari semua kebajikan intelektual untuk mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan.

Pemimpin humas abad 21

Menurut Petersone & Erzikova (2016), pemimpin yang baik akan menguatkan performa organisasi secara keseluruhan. Dalam sektor humas, menurut Meng (2014), kepemimpinan humas yang baik dapat memengaruhi budaya organisasi dengan membentuk ulang budaya dengan cara yang favorable untuk mendukung usaha humas dalam organisasi.

Ini menjadi bukti bahwa humas memiliki posisi strategis dalam mengubah kultur organisasi. Untuk mendukung tercapainya kultur organisasi yang sesuai visi dan misi, tentu humas perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan konteks saat ini.

Studi Muck Rack di tahun 2021 menemukan bahwa 73 persen humas profesional menganggap definisi public relations hari ini berbeda dalam lima tahun ke depan. Hal ini benar adanya karena humas saat ini bergerak di dua dunia: nyata dan maya. Dalam konteks dunia maya, ada banyak platform komunikasi real-time yang dapat memengaruhi persepsi publik, seperti TikTok, YouTube, Instagram, Facebook, dan Twitter.

Seringkali, percakapan di dunia maya membawa dampak ke dunia nyata. Namun, perubahan tren tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas). Beberapa tahun lalu, Perhumas membuat kampanye yang bernama #Indonesiabicarabaik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com