Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Membumikan Konsep Kepemimpinan Humas

Humas merupakan garda terdepan organisasi dalam berinteraksi dengan khalayak. Apa yang mereka sampaikan ke publik akan memengaruhi persepsi publik tentang organisasinya.

Peran humas tak hanya menyampaikan informasi ke publik, tetapi juga vital dalam komunikasi internal organisasi. Humas yang mengomunikasikan segala hal yang berkaitan dengan kebijakan organisasi.

Mereka jugalah penyambung lidah para tim yang ingin menyampaikan berbagai inovasi kepada pemimpin mereka. Peran humas sangat vital untuk menjaga aliran komunikasi masuk dan keluar, sehingga tidak mengalami miskomunikasi.

Studi Grammarly dan Harris Poll (2022) memperkirakan sekitar 1,2 triliun dollar AS hilang karena komunikasi yang buruk. Selain itu, sebanyak 7,47 jam per minggu terbuang sia-sia karena kurangnya komunikasi. Ditambah lagi, 72 persen pemimpin bisnis mengakui bahwa timnya menghadapi masalah berkomunikasi secara efektif.

Mengingat masih adanya miskomunikasi yang berdampak nyata, peran humas semakin vital untuk meminimalisir kerugian akibat miskomunikasi. Untuk itu, humas membutuhkan pemimpin dan proses kepemimpinan yang baik, profesional, kredibel, dan mumpuni agar mampu menjalankan perannya.

"Public relations leadership"

Dalam kacamata sejarah, kepemimpinan humas sangat penting dan peran mereka selalu berkembang. Setiap negara punya sejarah perkembangannya sendiri. Akan tetapi, dalam kasus Indonesia, masa kemerdekaan adalah awal perkembangan humas.

Kita mengetahui bagaimana saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, rakyat menyebarkannya dengan sangat masif, sehingga seluruh Indonesia mengetahui kabar tersebut. Padahal, tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses ke stasiun radio. Namun, berkat kreativitas para humas kemerdekaan, rakyat Indonesia mengetahui kabar kemerdekaan itu.

Setelah kemerdekaan, masuk era baru dalam dunia humas. Banyak perusahaan multinasional seperti Caltex datang ke Indonesia. Mereka membutuhkan humas untuk memperkenalkan perusahaannya ke rakyat Indonesia.

Pemerintah pun menyadari pentingnya humas, sehingga melengkapi personelnya dengan humas yang kompeten. Kebutuhan akan humas semakin masif ketika pemerintahan Orde Baru mengesahkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing. Hal ini membuat banyak perusahaan membutuhkan jasa konsultasi, termasuk di bidang humas.

Sebagai respon dari banyaknya kebutuhan humas, organisasi kehumasan bermunculan. Di tahun 1970, dibentuk Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas). Dua tahun kemudian, muncul Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas).

Tahun 1983, pemerintah Orde Baru membuat kebijakan deregulasi perbankan dan privatisasi di berbagai sektor ekonomi. Hal itu mendorong tingginya permintaan terhadap humas.

Sayangnya, tingginya permintaan tidak diimbangi ketersediaan praktisi humas yang mumpuni. Kebutuhan akan praktisi humas mendorong terbentuknya Asosiasi Perusahaan Public Relations.

Perubahan signifikan di dunia humas terjadi ketika Orde Baru runtuh. Ada kebutuhan rakyat dalam transparansi informasi. Hal ini memengaruhi praktik humas, di mana humas perlu memahami karakter audience, sehingga komunikasi menjadi dua arah.

Tren ini berlanjut sampai saat ini, terlebih dengan hadirnya platform digital yang mendemokratisasi informasi. Transformasi dari pendekatan humas tradisional ke digital.

Tren ini juga menjadi perhatian khusus Bakohumas dan Perhumas. Dua organisasi ini memandang bahwa dibutuhkan standar kerja khusus untuk humas agar lebih profesional. Karena itu, tahun 2006, dua organisasi itu merancang kompetensi kerja bidang humas dan disahkan menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tahun 2008.

Lima tahun kemudian, terbentuklah Lembaga Sertifikasi Profesi khusus humas. Perkembangan humas yang sangat dinamis di Indonesia memunculkan minat kajian pada bidang kehumasan.

Selain itu, peran humas juga sangat penting terutama bagaimana mereka menjadi tonggak penting bagi organisasi untuk mengenalkan visi dan misi organisasi serta mengajak banyak pihak terlibat dalam program organisasi. Karena itu, muncul kajian tentang kepemimpinan humas (public relations leadership). Banyak pengertian yang ditelurkan para peneliti tentang kepemimpinan humas.

Berger & Meng (2010) mencoba membuat pengertian yang komprehensif. Mereka menganggap kepemimpinan dalam humas adalah sebuah proses dinamis; proses yang melibatkan campuran dari kemampuan, atribut, nilai, dan sikap individu.

Choi & Choi (2009) melengkapi pengertian kepemimpinan humas dengan mengidentifikasi tujuh dimensi kepemimpinan humas: pengaruh ke atas, koordinasi, pengawasan internal, berjejaring, mewakili, memberikan visi, dan beraksi sebagai agen perubahan. Ketujuh dimensi ini menunjukkan peran humas yang multidimensional bagi organisasi.

Kepemimpinan humas versi saya adalah sebagai pendekatan kepemimpinan bagaimana peran humas dalam mengakselerasi komunikasi lintas divisi agar terbentuknya citra dan reputasi baik dari perusahaan, organisasi, dan pemerintahan di mata publik. Kepemimpinan humas mendeskripsikan bagaimana seorang humas mampu mengarahkan para individu, pekerja untuk berpikir strategis dan memiliki visi yang berorientasi kepada kemajuan organisasi atau perusahaan.

Di era yang sangat dinamis dengan perubahan yang super cepat, pemimpin humas berperan dalam menavigasi isu dan memberikan respon yang efektif terkait berbagai situasi yang dapat berdampak buruk pada organisasi atau perusahaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemimpin humas merupakan pemimpin multidimensi dan multiliterasi. Ia gabungan (1) keterampilan, (2) pengalaman, (3) karakter yang kuat, dan (4) kematangan komunikasi.

Untuk lebih memahami pengertian kepemimpinan humas, mari kita ambil contoh bagaimana citra Indonesia di mata dunia. Indonesia menjalankan politik bebas-aktif. Artinya Indonesia bebas melakukan dialog dengan siapapun tanpa ada tekanan dan aktif menyuarakan suara-suara perdamaian.

Citra itu terbangun dengan solid, sehingga Indonesia mendapatkan rasa hormat yang tinggi dari banyak negara (maju dan berkembang). Dampak dari kuatnya brand Indonesia terlihat di perhelatan G20.

Perhelatan G20 tahun 2022 berlangsung dalam situasi yang tidak begitu mendukung, ada banyak kejadian kurang harmonis, salah satunya adalah konflik Rusia dan Ukraina. Rusia merupakan anggota G20 dan ketika konflik terjadi, banyak yang menginginkan Rusia di-suspend keanggotannya dari G20. Namun, Indonesia tidak menginginkan itu.

Pada akhirnya, kita bisa melihat hampir semua pemimpin G20 hadir. Rusia juga hadir, begitu juga Ukraina. Lalu, banyak negara yang mengapresiasi penyelenggaraan KTT G20. Bahkan, G20 menghasilkan kesepakatan konkrit yang berbentuk Pandemic Fund.

Contoh lainnya adalah terkait nation branding Wonderful Indonesia. Brand Wonderful Indonesia yang dibuat Kemenparekraf sukses membuat berita baik tentang pariwisata kita.

Berkat kerja sama dalam membangun brand Wonderful Indonesia, Indonesia sukses meraih peringkat 40 dari 140 negara dalam Travel and Tourism Competitive Index di tahun 2021.

Dari ilustrasi ini, kita bisa melihat vitalnya peran humas dalam memastikan Indonesia tetap mendapatkan acceptance di mata publik dunia. Kerja keras para diplomat dan jajaran tim lainnya untuk meyakinkan banyak negara untuk hadir dan membuat kesepakatan sangat patut diapresiasi. Mereka berkomunikasi dengan mengedepankan transparansi, komunikasi terbuka, kejujuran dan kepercayaan (trust) antar pihak yang terlibat. Alhasil, perhelatan G20 berhasil digelar dengan baik.

Dari Wonderful Indonesia, kita belajar bagaimana konsistensi yang dijalankan praktisi komunikasi mereka dalam menyampaikan berbagai potensi pariwisata yang ada di Indonesia. Mereka berusaha semaksimal mungkin memunculkan karakter-karakter unik dari destinasi pariwisata Indonesia. Alhasil, Indonesia mencapai top 40, namun saya yakin sektor pariwisata Indonesia masih akan terus berkembang ke depannya.

Karakter fundamental

Perhelatan G20 dan nation branding Wonderful Indonesia menjadi pelajaran bagi kita tentang bagaimana pentingnya kepemimpinan humas. Kita juga belajar bahwa menjadi humas harus memiliki skillset, karakter, dan kompetensi yang tepat. Tanpa itu, seorang humas tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya secara optimal.

Pemimpin humas harus memiliki empat dimensi karakter berikut: etis, efektif, empati, dan empower. Dalam hal etis, pemimpin humas harus memiliki prinsip dan value serta mampu menyeimbangkan value personal dan organisasi.

Di atas itu semua itu, seorang humas harus memiliki integritas, yang dibuktikan dengan kejujurannya. Kejujuran menghasilkan rasa kepercayaan kepada banyak orang.

Ketika humas sudah mendapatkan rasa percaya dari banyak orang, komunikasi akan menjadi lebih mudah. Komunikasi yang telah berjalan lancar dapat menjadi katalis untuk membangun hubungan yang strategis.

Humas juga harus mampu memahami karakter sesama individu. Sangat penting untuk memahami bahwa manusia sangat rumit dan beragam dan kita harus memahami dan tidak menghakimi perbedaan. Memahami karakter manusia akan membuat kita mampu mendekati mereka dan menjalin komunikasi yang empatik dan konstruktif.

Dalam hal efektifitas, pemimpin humas perlu mempertimbangkan pendekatan komunikasi apa yang efektif. Terlebih, saat ini ada beragam platform komunikasi dan pemimpin humas perlu menyesuaikannya dengan karakter tim dan kebutuhan.

Misalnya, dalam menyampaikan laporan atau berita terkini, menurut studi Muck Rack tahun 2021, jalur komunikasi melalui email (89 persen) masih menjadi favorit. Diikuti via chat (47 persen), live meeting (46 persen), dan hub komunikasi internal (43 persen).

Dalam berkomunikasi sehari-hari dengan rekan kerja, 81 persen humas profesional menggunakan Slack dan Microsoft Teams untuk berkomunikasi. Dengan peka melihat perbedaan komunikasi untuk menyampaikan laporan dan komunikasi sehari-hari, pemimpin dalam humas perlu mempertimbangkan saluran yang efektif dalam menyampaikan pesan sesuai kepentingan dan kebutuhan.

Terkait empati, dalam hal komunikasi aspek empati tak bisa dilewatkan begitu saja. Empati merupakan karakter yang harus ada dalam pemimpin.

Jin (2010) mengkaji pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap empati. Hasilnya, kedua hal tersebut merupakan faktor signifikan kompetensi pemimpin hubungan masyarakat dalam mendapatkan kepercayaan karyawan, mengelola frustasi dan optimisme karyawan, serta mengambil sikap terhadap karyawan dan manajemen puncak dalam konflik pengambilan keputusan.

Menerapkan empati menunjukkan bahwa komunikator memahami audience atau lawan bicaranya. Pemimpin humas perlu memahami berbagai karakteristik orang dan memiliki kesabaran dalam menghadapi mereka, sehingga pemimpin humas harus sensitif terhadap berbagai tanda dan emosi.

Yang paling penting, humas harus menjadi seorang active listener, baik dalam lingkup sosial maupun digital. Humas berperan menangkap aspirasi dari berbagai pihak. Kemampuan mendengarkan dengan aktif inilah yang menjadi aset paling penting. Mendengarkan aktif menjadi awal mula dari kolaborasi sampai pengambilan keputusan strategis.

Terakhir tentang empower atau berdaya. Menjadi pemimpin humas harus memiliki curiosity yang tinggi karena humas berurusan dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang, sehingga humas harus menjadi seorang yang multiliterasi atau memiliki banyak pengetahuan mulai dari politik, digital, ekonomi, dan lain sebagainya.

Namun, di saat bersamaan, menjadi humas harus siap belajar apapun dan memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang, sehingga dapat terus produktif. Selain itu, hal penting yang semua humas harus miliki adalah ketekunan.

Menurut King (2014), ketekunan merupakan persyaratan dari semua kebajikan intelektual untuk mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan.

Pemimpin humas abad 21

Menurut Petersone & Erzikova (2016), pemimpin yang baik akan menguatkan performa organisasi secara keseluruhan. Dalam sektor humas, menurut Meng (2014), kepemimpinan humas yang baik dapat memengaruhi budaya organisasi dengan membentuk ulang budaya dengan cara yang favorable untuk mendukung usaha humas dalam organisasi.

Ini menjadi bukti bahwa humas memiliki posisi strategis dalam mengubah kultur organisasi. Untuk mendukung tercapainya kultur organisasi yang sesuai visi dan misi, tentu humas perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan konteks saat ini.

Studi Muck Rack di tahun 2021 menemukan bahwa 73 persen humas profesional menganggap definisi public relations hari ini berbeda dalam lima tahun ke depan. Hal ini benar adanya karena humas saat ini bergerak di dua dunia: nyata dan maya. Dalam konteks dunia maya, ada banyak platform komunikasi real-time yang dapat memengaruhi persepsi publik, seperti TikTok, YouTube, Instagram, Facebook, dan Twitter.

Seringkali, percakapan di dunia maya membawa dampak ke dunia nyata. Namun, perubahan tren tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas). Beberapa tahun lalu, Perhumas membuat kampanye yang bernama #Indonesiabicarabaik.

Kampanye itu bermaksud membangun pemahaman bahwa ada banyak sekali hal positif yang bisa kita sampaikan tentang Indonesia. Sehingga, hashtag itu  juga menyiratkan bahwa rakyat Indonesia merupakan humas bagi Indonesia karena di sekitar kita pasti ada berita baik yang dapat kita sampaikan ke khalayak banyak.

Hal ini akan membuat jagat media sosial dipenuhi berita-berita positif dari seluruh penjuru negeri. Belajar dari kampanye #indonesiabicarabaik, setiap humas perlu memiliki skillset yang sesuai dengan tantangan zaman.

Sebagai awal, pemimpin dalam humas harus menguasai semua level kemampuan humas, mulai dari level satu sampai empat. Pada level 1, humas perlu memiliki kemampuan menulis dan teknikal, serta mampu mengoperasikan berbagai saluran komunikasi.

Level 2, humas mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk mengeksekusi strategi dan taktik. Level 3 lebih kepada bagaimana humas mampu membangun hubungan dengan orang lain.

Level 4 bagaimana humas memanfaatkan kemampuan komunikasinya untuk masuk ke dalam lingkaran pengambil keputusan.

Semua kompetensi di semua level itu sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang humas. SKKNI menjabarkan dengan komprehensif kemampuan yang dibutuhkan, mulai dari menjalin hubungan dengan komunitas, investor, pemerintah, masyarakat sampai kemampuan manajemen krisis, pengelolaan isu, dan humas digital.

Selain itu, Berger (2012) menambahkan apa saja kemampuan yang harus dikembangkan seorang pemimpin humas. Dalam risetnya, ada tiga besar kemampuan yang harus dimiliki oleh pemimpin humas: mampu memperkuat manajemen perubahan, meningkatkan kemampuan mendengarkan secara profesional, dan menguatkan kemampuan manajemen konflik.

Menurut studi Muck Rack tahun 2021, ada beberapa kemampuan yang menjadi prioritas bagi humas. Kemampuan tersebut antara lain: perencanaan strategis (88 persen) hubungan media (78 persen); media sosial (72 persen); dan diversity, equity and inclusion (DEI) (67 persen).

Khusus dalam perencanaan strategis, para humas profesional, menurut survei dari Euprera 2020, menginginkan diskusi lebih lanjut tentang: revolusi digital dan social web (39 persen), big data dan/atau algoritma untuk komunikasi (38 persen), dan pembuatan serta distribusi bentuk konten baru (35 persen).

Menyikapi tantangan dan aspirasi humas tentang tantangan revolusi digital, setiap humas perlu memiliki kemampuan analisa data yang kuat. Menurut studi dari Cision dan PRWeek 2021, sebanyak 91 persen responden mengatakan pakar humas yang hebat harus menjadi analis data yang kuat.

Humas yang profesional harus mampu mengumpulkan data dan menggunakannya untuk meraih peluang dan menjadikannya wawasan yang bisa ditindaklanjuti.

Kemudian, mengenai DEI, memang ada kebutuhan agar organisasi lebih meningkatkan aspek tersebut, baik dalam aspek gender maupun etnis dan ras. Hal ini karena organisasi akan mendapatkan manfaat yang besar ketika lingkungan kerja menjadi lebih inklusif, beragam, dan adil.

Menurut Daughtety (2014), gender dapat memainkan peran penting dalam dunia kehumasan. Mereka telah mendominasi arena kehumasan selama dua dekade dan perempuan yang mendaftar di program sarjana humas telah melebihi 80 persen.

Keberagaman yang dimiliki organisasi dapat meningkatkan kemampuan humas untuk menciptakan kolaborasi yang epik. Menurut ILO tahun 2022, apabila semua jajaran manajerial bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang beragam, efeknya adalah mereka akan 11 persen menunjukkan kolaborasi di level tinggi.

Tokoh pemimpin humas Indonesia

Kompetensi dan karakter di atas harus dimiliki oleh humas Indonesia. Hal ini karena humas mempunyai peran yang sangat penting bagi organisasi dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman.

Mereka tidak hanya berperan sebagai gatekeeper organisasi untuk menyampaikan hal-hal yang harus disampaikan ke publik, namun menjadi navigator organisasi untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Selain itu, humas menjadi pemain kunci bagi pembangunan image atau brand dari sebuah organisasi. Maka dari itu, komunikasi pun harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Indonesia memiliki tokoh humas yang kredibel dan mumpuni, yang telah berkontribusi pada bidangnya. Ada sosok perempuan tangguh Prita Kemal Gani yang merupakan CEO dari LSPR Communication & Business Institute.

Prita sudah berkiprah 30 tahun. Dia mendapatkan banyak penghargaan antara lain Best Practices in Public Relations and Communications Profession yang diberikan Institute of Public Relations Malaysia (IPRM) 2005, penghargaan PERHUMAS Achievement 2006 (kategori Pendidikan) 2006, dan Outstanding Entrepreneur Award 2009 dari Asia Pacific Entrepreneur Award 2009.

Selain Prita Kemal Gani, ada sosok Agung Laksamana (Executive Vice President Government Relations, External Affairs & Corpcomms at Freeport Indonesia) & Boy Kelana Soebroto (Head of Corporate Communications Astra & Chairman of PERHUMAS 2022 - 2024). Tiga figur ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan humas sangat penting.

Masih banyak sosok pemimpin humas yang memiliki track record yang sangat baik. Melihat sepak terjang berbagai sosok tersebut, penting bagi seluruh entitas perusahaan agar membangun kualitas kepemimpinan humas yang mumpuni, kredibel, dan profesional.

Pemimpin humas yang berlandaskan etis, efektif, dan empati, yang dapat membangun brand suatu organisasi. Pemimpin humas yang membawa ide-ide segar terkait proses dan cara komunikasi yang dapat dilakukan untuk membangun persepsi masyarakat. Sosok seperti itulah yang kita butuhkan!

Pemimpin humas Indonesia harus mampu menata ruang komunikasi masa kini dan masa depan. Menjaga harmoni serta stabilitas iklim komunikasi yang positif, suportif dan produktif di Indonesia. Saya yakin, seluruh organisasi Indonesia dapat memiliki pemimpin humas yang berkualitas dan dapat menjalankan kepemimpinan humas yang ciamik!

https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/25/130542165/membumikan-konsep-kepemimpinan-humas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke