Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Gunung Padang Bangunan Tertua di Dunia?

Kompas.com - 13/11/2022, 06:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA menyempatkan diri berkunjung ke Malta karena dua alasan, yaitu Perang Dunia II dan Caravaggio.

Memang pada masa Perang Dunia II, Malta berperan penting bagi sekutu akibat letak geografis yang hanya 80 kilometer dari Sisilia serta berada di jalur pelayaran Angkatan Laut Jerman ke Mesir.

Malta digunakan oleh Inggris sebagai markas kapal selam untuk menyerang Angkatan Laut Jerman-Italia di samping sebagai pos menerjemahkan kode-kode radio rahasia Jerman termasuk yang disebut sebagai lalu- lintas Enigma.

Di dalam kemelut Perang Dunia II, Malta menjadi benteng terakhir Inggris di Mediterania untuk melawan Jerman-Italia setelah kalah melawan Jepang di Singapura.

Saya juga tertarik atas kisah maha pelukis Renaissance, Caravaggio sempat bermukim di Malta selama 15 bulan untuk melukis minimal tujuh mahakarya.

Dua mahakarya Caravaggio, yaitu Pemenggalan Santo Johannes Sang Pembabtis dan Santo Jerome Sedang Menulis kini diperagakan di Oratory of The Conventual Church of St. John.

Setelah berada di Malta, saya baru sadar bahwa negara-pulau relatif kecil ini ternyata memiliki tidak kurang dari sembilan situs Warisan Kebudayaan Dunia yang telah resmi diakui oleh UNESCO.

Tujuh kuil batu dari masa prasejarah yang dianggap tergolong tertua di planet bumi berada di Malta. Kuil era neolitikum Malta diyakini oleh para arkeolog berdasar tes karbon sebagai lebih tua ketimbang Stonehenge maupun para piramida Mesir.

Kuil Ggantija di kawasan Zaghra, Gozo dianggap yang tertua (sekitar 3.600-3.200 Sebelum Masehi) di antara Tarxien, Mnajdra, Hagar Qim, Skorba, Hagrat dan Kordin III terbuat dari batu karang dan batu kapur jenis globigerine.

Di dalam daftar Warisan Kebudayaan Dunia UNESCO juga termasuk kawasan kuburan monumental di bawah tanah, Hal Saflieni Hypogeum dengan daya tampung lebih dari 7.000 jenazah termasuk jenazah tersohor dengan julukan The Malta “Sleeping Lady”, terdiri dari tiga tingkat di bawah tanah dengan berbagai ruang saling terpisah diduga dibangun sekitar 2.500 Sebelum Masehi.

Demi menjaga kelestarian Hal Saflieni Hypogeum setiap hari hanya bisa dikunjungi jumlah turis terbatas pada waktu terbatas pula dengan penerangan di bawah tanah yang redup.

Kunjungan hanya bisa didaftarkan secara online dengan antrean panjang sampai berbulan-bulan demi membatasi pengunjung justru membuat pengunjung makin penasaran untuk bisa
mengunjungi situs sejarah peradaban dunia spektakular ini.

Sementara ini bangunan tertua di dunia yang dalam usia mungkin lebih tua ketimbang Ggantija menurut keyakinan penulis buku Fingerprints of the Gods, Graham Hancock hanya dapat diungguli oleh Goebekli Tepe di Anatolia, Turki dan Gunung Padang di Jawa Barat, Indonesia.

Cukup banyak arkeolog tidak sudi menulis ulang sejarah peradaban maka tidak setuju keyakinan Graham Hancock bahwa Gunung Padang merupakan satu di antara bangunan tertua di planet bumi ini. Gunung Padang dianggap sekadar bukit alami.

Jika dianggap sebagai bangunan piramidal buatan manusia, maka usianya belum sampai seribu tahun.

Namun mohon dimaafkan oleh mereka yang tidak mau mengakui Gunung Padang sebagai bangunan tertua di marcapada bahwa sebagai warga Indonesia yang bangga Indonesia, saya mengharap keyakinan Graham Hancock benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com