Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Naik, Pejabat Dilarang ke Luar Negeri, Epidemiolog: Situasi Sedang Serius

Kompas.com - 23/07/2022, 16:00 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring melonjaknya kasus Covid-19 di dalam negeri, pejabat dan pegawai pemerintah dilarang bepergian ke luar negeri. 

Aturan tersebut diterbitkan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Surat Nomor B-56/KSN/S/LN.00/07/2022 pada Jumat (22/7/2022).

Dalam surat itu disebutkan, perjalanan dinas luar negeri ditangguhkan sebagai dampak dari peningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air.

Meskipun begitu, terdapat pengecualian dalam aturan tersebut seperti perjalanan yang bersifat esensial dengan arahan presiden atau kegiatan tugas belajar.

"Berkenaan dengan kembali meningkatnya laporan penyebaran kasus Covid-19 varian baru di Indonesia dan sebagai upaya pencegahan penularan yang lebih luas di dalam negeri, dengan hormat kami sampaikan kiranya seluruh rencana kegiatan PPDLN yang akan dilaksanakan oleh pejabat/pegawai di lingkungan instansi saudara dapat ditangguhkan," demikian bunyi surat tersebut dikutip dari Kompas.com, Jumat (22/7/2022).

Baca juga: Gejala dari Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diderita Ruben Onsu

Tanggapan epidemiolog

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa kebijakan penundaan perjalanan luar negeri bagi pejabat dapat memberikan pesan psikologis kepada masyarakat.

Pesan ini terkait dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sedang mengalami kenaikan jumlah kasus.

"Ini juga memberi pesan pada institusinya, anak buahnya, masyarakat juga secara umum situasi sedang serius, bahkan mengarah pada bisa tidak terkendali kalau kita tidak melakukan upaya atau respons," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (23/7/2022).

Menurut Dicky, meskipun kebijakan ini tidak akan berdampak signifikan dari segi jumlah pengurangan kasus Covid-19, namun dapat melindungi pejabat maupun orang di sekitarnya.

Karena orang yang ke luar negeri memiliki resiko atau potensi terinfeksi Covid-19.

"Banyak pejabat lama kita kan dalam usia yang juga termasuk kategori rentan dalam kondisi yang termasuk kategori rentan. Belum lagi kalau pejabat pergi itu kan ada pendamping-pendampingnya ini juga akan mengurangi resiko-resiko itu," ujar Dicky.

Baca juga: Covid-19 Naik Lagi, Ini Gejala Omicron Centaurus yang Harus Diwaspadai

 

Dapat berdampak ke masyarakat

Dicky menyebut jika kebijakan penundaan perjalanan luar negeri bagi pejabat juga dapat mempengaruhi masyarakat umum yang berpergian ke luar negeri.

Hal tersebut dikarenakan faktor resiko dan potensi penularan infeksi Covid-19 apabila kembali ke Indonesia.

"Pada gilirannya ini langsung atau tidak langsung akan berdampak pada aktivitas pelaku perjalanan luar negeri lainnya gitu," ucap Dicky.

Meskipun demikian dalam konteks urgensi, berpergian masih dimungkinkan untuk perjalanan bisnis dan diplomatik.

"Belum untuk melakukan pelarangan seperti itu (perjalanan bisnis) karena pada prinsipnya dalam konteks varian-varian yang kita hadapi saat ini ataupun yang ke depan," ungkap Dicky.

Penguatan dalam negeri

Selain itu, Dicky menghimbau pemerintah untuk melakukan penguatan respons pandemi Covid-19 di dalam negeri.

Penguatan tersebut seperti pelaksaan 3T, deteksi dini, 5M, dan vaksinasi sebagai bekal imunitas.

"Juga vaksinasi memperkuat bekal imunitas antara lain dengan dosis ketiga dan juga dosis keempat pada beberapa kasus," kata Dicky.

Pemerintah harus tetap menjaga konsistensi penagangan Covid-19 agar nantinya ketahanan masyarakat secara nasional tidak menurun.

"Kesehatan nasionalnya tetap bisa terus terjaga nah ini yang jauh juga sangat urgen atau penting untuk diperkuat di setiap daerah," jelas Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com