Di antaranya adalah bagian dari kru berburu dan menembak, yang harus mengikuti kelas senjata api, lulus ujian tertulis, dan lulus tes kesehatan serta dinyatakan sehat mental dan tak punya riwayat narkoba.
Polisi juga akan mewawancarai calon pemilik senjata api, hingga memeriksa riwayat pekerjaan dan status keuangan.
Aturan yang ketat juga berlaku untuk kepemilikan senapan untuk kepentingan berburu dan olahraga, meskipun beberapa dikecualikan.
Namun calon pemilik tetap harus ikut kelas dan lulus ujian tertulis dan praktik, termasuk pemeriksaan latar belakang.
Baca juga: Rekam Jejak Shinzo Abe, Mantan PM Jepang yang Meninggal Usai Tertembak
Sementara itu, kepemilikan pistol oleh warga sipil sangat dilarang di Jepang.
Selama ini, sindikat kejahatan yang terkait senjata api seringkali terkait dengan Yakuza. Namun tetap saja jumlah kejahatan yang melibatkan senjata api sangatlah kecil.
Mengenai kriminalitas, di tahun 2014, hanya ada enam kematian yang dilaporkan di Jepang.
Negara tersebut memang sangat jarang memiliki kasus pembunuhan. Setiap tahunnya, biasanya tak lebih dari 10 kasus pembunuhan yang terjadi.
Hal ini berbeda dengan kondisi di negara maju lain.
Dilansir dari University of Washington, laporan tahun 2022 mengungkap bahwa AS memiliki lebih dari empat pembunuhan senjata api per 100.000 orang di tahun 2019, berbeda dengan Jepang yang kasusnya hampir nol.
Selengkapnya, dari laporan itu, pembunuhan senjata api per 100.000 orang AS adalah 4,2, sementara Australia 0,18 dan Jepang 0,02.
Tahun 2013, Jepang memang pernah memiliki rekor tertinggi kejahatan senjata api dengan 40 kasus kriminal senjata api ditembakkan.
Namun sejak itu kasus terus turun, seiring dengan semakin ketatnya aturan terkait toko senjata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.