Melihat wacana Anies Ganjar, Uma mengatakan, hal yang bisa mempersatukan bangsa yang kian terpolarisasi saat ini tidak cukup hanya ideologi, melainkan keluasan hati pemimpin untuk menerima ragam perbedaan.
Ia menjelaskan, demokrasi yang hanya dibangun di atas basis politik dendam dan permusuhan tidak akan mampu mencapai titik temu, meski dilakukan dengan beragam dialog antar-ideologi.
"Karena itu, dibutuhkan jiwa yang bersih, pikiran yang terang, dan sikap yang positif dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin untuk menanggalkan ego pribadi, politik dendam, dan menerima perbedaan yang ada," ujarnya.
Apabila masih ada partai politik yang menyuarakan pentingnya "Bhineka Tunggal Ika", tetapi para elit dan kadernya masing "mengkotak-kotakkan diri", Umam menilai mereka tidak memahami esensi kebhinekaan.
Menurutnya, partai politik tersebut seolah menutup mata bahwa perbedaan adalah fitrah yang harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.