Duet Anies-Ganjar ini pertama kali diusulkan oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali mengatakan, usulan itu disampikan untuk mempersatukan masyarakat yang sebelumnya terbelah pada Pemilu 2014 dan 2019.
"Pak Surya Paloh udah beberapa kali menyampaikan itu. Bahwa pilpres dua kali membuat perpecahan polarisasi begitu dalam dan nyata," kata Ali, Senin (27/6/2022).
Lantas, apakah duet tersebut akan mampu mengatasi polarisasi masyarakat akibat Pilpres sebelumnya?
Menanggapi hal itu, Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam mengatakan, duet pemersatu bangsa hanya gagasan ideal.
Namun, fakta politiknya tidak mudah diwujudkan.
"Ide itu tidak mudah diwujudkan. Sebab, hingga saat ini, belum ada titik temu dan kesepahaman antar-elit dalam mewujudkan persatuan," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (28/6/2022).
Menurutnya, ide duet pemersatu bangsa hanya bisa dibangun di atas fondasi egalitarianisme, kesetaraan, atau sikap saling menghargai.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah tidak saling mendominasi dan merasa kelompoknya paling tinggi dibanding yang lain dalam formasi koalisi.
"Jika kondisi itu tidak bisa diwujudkan, maka fondasi koalisi pemersatu bangsa hanya utopia belaka," jelas dia.
Dalam pandangan Umam, polarisasi saat ini seakan dijaga dan dinikmati, tidak terkecuali oleh pihak yang kerap mengampanyekan pentingnya kebhinekaan.
Respons Golkar, PDI-P, hingga Ganjar
Lantas, seperti apa partai politik menanggapi wacana duet tersebut? Berikut ini rangkuman respons sejumlah parpol dikutip dari Kompas.com (28/6/2022).
1. Golkar
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menilai wajar bila Surya Paloh berpandangan demikian.
"Ya karena itu disampaikan oleh ketua umum partai politik, ya Pak Surya Paloh, saya kira kan itu suatu wacana atau pernyataan yang menurut saya biasa saja," kata Doli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.
Meski begitu, ia mengatakan, setiap parpol memiliki kedaulatan dalam mengambil keputusan, kebijakan, dan strateginya masing-masing.
2. PDI-P
Ketua DPD PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat tak sepakat dengan usulan bahwa adanya duet figur-figur tertentu dapat mempersatukan bangsa.
Sebab, persatuan bangsa dinilai terjadi karena adanya persamaan pemahaman mengenai sebuah ideologi.
“Yang mempersatukan bangsa kita, sekali lagi ya itu bukan orang per orang lho, yang mempersatukan bangsa kita itu ideologi,” ujar Djarot saat ditemui di Gedung Pusat Edukasi AntiKorupsi KPK, Jakarta, Senin.
"Ideologi Pancasila itu lah yang mempersatukan bangsa kita, nilai-nilai dalam ideologi itulah yang mempersatukan bangsa kita,” ucapnya.
3. PSI
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menolak wacana duet pemersatu ala Surya Paloh itu.
Juru Bicara (Jubir) PSI Ariyo Bimo mengatakan, Anies tidak cocok menjadi calon wakil presiden untuk Ganjar.
Meski demikian, hingga kini PSI belum menentukan siapa kandidat presiden yang akan didukung pada pilpres mendatang.
Ia pun menyarankan agar para calon yang hendak maju di pilpres, lebih fokus menyelesaikan persoalan yang timbul akibat pandemi.
4. Demokrat
Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai duet Ganjar-Anies bukanlah solusi untuk menghentikan polarisasi atau keterbelahan di masyarakat usai Pemilu 2014 dan 2019.
Menurut dia, ada tiga hal yang bisa menjadi solusi atas persoalan itu.
Pertama, para elite politik harus memberikan contoh bagaimana menghargai perbedaan.
Kedua, para elite parpol harus terbiasa berkompetisi, bukan berupaya menghalangi munculnya calon lain dalam kontestasi pilpres.
Ketiga, menghentikan penyebaran politik kebencian, framing dan labeling yang bernada negatif pada kubu lawan dalam kontestasi Pemilu.
5. Respons Ganjar
Sementara itu, Ganjar turut angkat bicara soal wacana duet ini. Gubernur Jawa Tengah ini memilih menanggapi santai wacana itu.
"Lha, aku duet karo bojoku (lah saya duet sama istriku)," kata Ganjar di CFD Solo, Minggu (26/6/2022).
Terkait wacana tersebut, Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo alias Rudy menegaskan bahwa partainya menunggu keputusan resmi dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terkait capres yang akan diusung.
"Kalau saya tetap tegak lurus dengan Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri)," kata Rudy di Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Tak cukup persamaan ideologi
Melihat wacana Anies Ganjar, Uma mengatakan, hal yang bisa mempersatukan bangsa yang kian terpolarisasi saat ini tidak cukup hanya ideologi, melainkan keluasan hati pemimpin untuk menerima ragam perbedaan.
Ia menjelaskan, demokrasi yang hanya dibangun di atas basis politik dendam dan permusuhan tidak akan mampu mencapai titik temu, meski dilakukan dengan beragam dialog antar-ideologi.
"Karena itu, dibutuhkan jiwa yang bersih, pikiran yang terang, dan sikap yang positif dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin untuk menanggalkan ego pribadi, politik dendam, dan menerima perbedaan yang ada," ujarnya.
Apabila masih ada partai politik yang menyuarakan pentingnya "Bhineka Tunggal Ika", tetapi para elit dan kadernya masing "mengkotak-kotakkan diri", Umam menilai mereka tidak memahami esensi kebhinekaan.
Menurutnya, partai politik tersebut seolah menutup mata bahwa perbedaan adalah fitrah yang harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/28/203000765/diklaim-pemersatu-duet-anies-ganjar-sulit-diwujudkan-ini-alasannya