Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelian BBM Bersubsidi Bakal Menggunakan Aplikasi MyPertamina?

Kompas.com - 02/06/2022, 10:49 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Pembayaran yang nantinya akan memanfaatkan MyPertamina tersebut, berkaca dari pengalaman positif aplikasi PeduliLindungi dalam penanganan Covid-19.

Mulyanto menggarisbawahi jika penerapan sistem pembayaran tersebut dapat dilakukan secara bertahap.

Baca juga: Benarkah Coca-Cola Bisa Digunakan untuk Membersihkan Toilet?

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak juga seharusnya juga dicantumkan dengan jelas larangan penggunaan BBM bersubsdi untuk kendaraan mewah dan dinas.

Pengaturan dengan jelas tersebut perlu dilakukan agar kuota BBM bersubsidi tidak jebol, sehingga penyaluran subsidi lebih tepat sasaran.

"Perlu pembatasan penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan mewah dan kendaraan dinas. Bila tidak, maka diperkirakan kuota BBM bersubsidi yang ada akan “jebol”, dan ini akan merugikan keuangan Pemerintah dan makin menguras anggaran negara," kata Mulyanto dikutip dari Kontan, Rabu (1/6/2022).

Baca juga: Viral, Video Operator SPBU Dipukul Pelanggan di Cikarang Selatan, Ini Penjelasan Pertamina

Akibat migrasi pelanggan Pertamax

Dari data Pertamina, telah terjadi peningkatan penggunaan pertalite sebesar 14 persen setelah adanya kenaikan harga Pertamax per 1 April 2022.

Setelah kenaikan tersebut juga membuat penjualan pertamax sebesar 26 persen.

Penurunan tersebut diduga karena adanya migrasi dari pelanggan pertamax menjadi pelanggan pertalite.

"Namun demikian, karena daya beli masyarakat yang belum pulih benar, dan disparitas harga BBM subsidi dan BBM non-subsidi yang cukup lebar, menyebabkan terjadi migrasi pengguna BBM non-subsidi menjadi pengguna BBM bersubsidi," imbuhnya.

Baca juga: Dampak Kenaikan Harga Gas Nonsubsidi dan Ancaman Kelangkaan Gas Melon

Pemerintah dengan dukungan DPR juga sudah melakukan langkah antisipasi dengan menaikkan kuota BBM bersubsidi sebesar 10 persen atau setara dengan 25,35 juta kiloliter.

Akan tetapi penambahan kuota tersebut hanya cukup untuk memenuhi kenaikan volume Pertalite yang sebesar 14 persen apabila dilaksanakan pembatasan segmentasi pembeliian.

Mulyanto menegaskan apabila pembatasan pengguna BBM bersubsidi tidak dilakukan, maka dikhawatirkan akan menambah beban keuangan negara.

Baca juga: Disebut Naikkan Harga Pertamax Diam-diam, Ini Tanggapan Pertamina

(Sumber: Kompas.com/ Yohana Artha Uly | Editor: Erlangga Djumena)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com