Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa TNI Tidak Melakukan Serangan Udara untuk Mengatasi KKB Papua?

Kompas.com - 09/05/2022, 15:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Risiko serangan dari udara

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, akan timbul risiko lebih besar ketika TNI memilih serangan udara.

Sebab, serangan udara dilakukan setelah target benar-benar dipastikan secara presisi.

"Tentu saja akan sulit membedakan antara target KKB dan warga. Apalagi medan di Papua bisa dibilang sulit," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (9/5/2022).

Menurutnya, strategi KKB selama ini adalah berbaur dengan warga untuk menyulitkan aparat.

Karena itu TNI sangat berhati-hati dalam mengambil satu tindakan, tak terkecuali serangan udara.

"Dikhawatirkan serangan itu akan membuat konflik meluas. Akan sulit memelihara simpati dan dukungan masyarakat ketika terjadi insiden-insiden terhadap warga," jelas dia.

"Itu yang memang menjadi penyulit dalam konteks pendekatan militer di Papua," kata Fahmi.

Baca juga: Saat Jenderal Dudung Buktikan Janjinya, Temukan KKB Pembunuh Sertu Eka dan Istri...

Ia menjelaskan, pendekatan dialog dan humanis yang diterapkan oleh Panglima TNI Andika Perkasa saat ini lebih mungkin dilakukan daripada militer.

Sebab, pendekatan militer terbukti tidak mampu menghentikan aktivitas KKB di Papua.

Hanya saja, pendekatan ini semestinya juga dilakukan oleh sejumlah pihak lainnya selain TNI dan Polri.

"Mestinya leading sector-nya bukan TNI atau Polri, mereka hanya melakukan dukungan keamanan dalam upaya damai," ujarnya.

"Karena tugas TNI atau Polri itu kan memukul, bukan merangkul, kalau merangkul yang ditugaskan seharusnya unsur pemerintah lain. Papua ini bukan hanya urusan TNI atau Polri," kata dia. 

Artinya, perubahan pendekatan itu juga harus disertai dengan pergantian leading sector.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com