Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Kembali Sungkem Manual

Kompas.com - 30/04/2022, 14:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam kebebasan biasa terjadi sikap permisif, sikap yang membolehkan segala sesuatu bisa diterabas dengan alasan bahwa kesempatan pesta kemenangan itu satu tahun satu kali, belum pasti terulang tahun berikutnya karena alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, stock opname maupun tabungan sedang tidak baik-baik saja.

Berserah

Euforia yang tak terkendali bisa merusak solidaritas sosial. Karena terjadi perbedaan pandangan bagaimana berperilaku dalam menjaga protokok kesehatan. Maka, ketegangan dalam silaturahmi Lebaran bisa saja sedikit merusak solidaritas.

Ketika perbedaan menegakkan protokol kesehatan menjadi kendala dalam silaturahmi, maka inkubasi solidaritas dan kolektivitas yang diharapkan tumbuh lagi bisa tercabik.

Sebaliknya menerapkan regulasi kesehatan dan bahaya Covid-19 menjadi tekanan dalam interaksi warga. Dalam suasana santai yang diharapkan melepas kangen, melepas penat dan jenuh, diganggu oleh aturan protokol kesehatan, dalam level minimal seperti setiap orang wajib memakai masker, ini menjadi regulasi yang dianggap mendorong situasi anomali, orang kangen, dua tahun tidak mudik masih saja direcoki urusan masker.

Dalam situasi demikian solidaritas organik bisa berubah menjadi solidaritas mekanik, suatu relasi sosial yang berbasis pada aturan-aturan moral maupun hukum.

Orang-orang sering berkelakar, di desa tidak ada Corona, virus itu hanya di kota, maka regulasi protokol kesehatan bisa dianggap menyalahi kearifikan lokal.

Dengan demikian terjadi dilema antara menikmati interaksi terbuka dan bebas sepenuhnya, dan menaati aturan protokol kesehatan.

Dalam situasi demikian, orang sering melakukan transformasi tanggung jawab dari level manusia ke level Tuhan. Orang-orang beragama sering mengungkapkan bahwa hidup dan mati, sehat dan sakit terjadi atas intervensi Yang Maha Kuasa.

Karena itu Lebaran yang hanya terjadi satu kali dalam setahun menjadi momentum kembali ke Tuhan bahwa segala sesuatu terjadi atas campurtangan Tuhan (takdir). Karena itu melakukan mudik, menebar silaturahmi, perlu campur tangan Tuhan agar “pesta kemenangan” pasca saum satu bulan tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Selamat Idul Fitri 1443 Hijriah/2022 Masehi. Taqabbalallahu minna wa minkum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com