Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Turun, tapi Indonesia Belum Lepas dari Gelombang Ketiga

Kompas.com - 08/03/2022, 07:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Grafik kasus infeksi harian Covid-19 di Indonesia saat ini menunjukkan tren penurunan.

Meskipun fluktuatif, tetapi tingkat kasus infeksi harian saat ini terbilang jauh menurun,  ketimbang puncak gelombang ketiga pada pertangahan Februari lalu.

Berdasarkan data terbaru Satgas Covid-19 per Senin (7/3/2022), dilaporkan ada 21.380 kasus infeksi baru yang ditemukan.

Puncak gelombang ketiga sendiri telah terjadi pada 16 Februari 2022 lalu, di mana kasus infeksi harian pada saat itu tercatat mencapai 64.718 kasus.

Namun dengan tren penurunan kasus ini, apakah bisa dikatakan Indonesia sudah melalui gelombang ketiga?

Baca juga: Pemerintah Hapus Syarat PCR-Antigen, Ini 3 Kebijakan Transisi Menuju Normal

Belum lolos dari gelombang ketiga

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 dr. Alexander Ginting mengatakan, Indonesia sesungguhnya belum keluar dari gelombang ketiga.

"Kita masih dalam pengendalian gelombang ketiga, menunggu daerah-daerah di luar Pulau Jawa-Bali melandai," kata Alex, saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/3/2022).

Menurut Alex, penurunan kasus harian yang dalam dua pekan terakhir ini mulai terlihat disebabkan oleh sejumlah hal.

"(Kasus harian) Menurun bisa dua hal, karena hari libur dan weekend sehingga laporan (kasus infeksi dari daerah ke pusat) tersendat atau karena program pelacakan kontak juga menurun," ujar Alex.

Penurunan pelacakan kasus atau tes yang terjadi juga disebutnya berpengaruh pada tingkat positivitas yang ditemukan di lapangan.

"Penurunan positivity rate terkait jumlah testing yang dikerjakan di sektor hulu," ujarnya.

Jadi, kalaupun saat ini tingkat positivitas di sejumlah daerah dilaporkan menurun, itu belum bisa dijadikan acuan bahwa Indonesia sudah berhasil melalui gelombang ketiga infeksi Covid-19.

Oleh karena itu, untuk mengatakan apakah gelombang ketiga sudah berhasil dilalui atau belum, ia menilai perlu menunggu dan mengamati lebih lanjut.

"Kita perlu amati dua minggu ke depan dikala dua minggu terakhir angka kematian terus sekitar 200 sampai dengan 300-an dan kasus harian antara 25-30 ribuan per hari," ujar dr. Alex.

Baca juga: Syarat PCR dan Antigen Dihapus, Pelaku Perjalanan Udara Cukup Vaksin 2 Kali

Kondisi pandemi lebih kondusif

Terlepas dari semua itu, Alex tidak membantah bahwa kondisi pandemi di Indonesia saat ini terbilang lebih kondusif dibandingkan sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com