Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Bisa Berbahasa Sunda "Is My Dream, Not Her, My Dream", Mas Arteria Dahlan

Kompas.com - 20/01/2022, 15:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di Pemilu 2019 lalu, PDI Perjuangan berhasil meraup suara 3.510.525 di Jawa Barat atau di bawah posisi Gerindra yang jawara dengan raihan 4.320.050.

PKS menguntit PDI Perjuangan di urutan ke 3 dengan 3.286.606 suara.

Sementara di Pemilihan Presiden 2019, pasangan Jokowi-Amin yang didukung penuh PDI Perjuangan kalah telak dari duet Prabowo Subianto Subianto– Sandiaga Uno.

Prabowo unggul dengan 16.077.446 suara, sedangkan Jokowi mendapat suara 10.750.568.

Di Pemilu 2014, PDI Perjuangan meraup suara 4.159.404 dan menduduki urutan pertama raihan suara di Jawa Barat.

Peringkat dua ditempati Golkar dengan 3.540.629 suara dan Gerindra mendapat 2.378.762 suara.

Di Pemilihan Presiden, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla juga “keok” dari duet Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.

Jokowi mendapat 40,22 persen, sementara Prabowo meraup 59,78 persen (Kompas.com, 18/07/2014).

Jangan lupakan jas merah

Mungkin Arteria Dahlan yang menjadi anggota DPR dari proses pergantian antarwaktu karena Djarot Saeful Hidayat “ditarik” sebagai Wakil Gubernur DKI tahun 2015 melupakan “jas merah” atau jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Dalam sejarah hidupnya, Bung Karno tidak pernah lepas dari Jawa Barat.

Berkuliah di Technische Hoge School atau yang dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) sekarang serta beristrikan Inggit Ganarsih, wanita Suku Sunda yang dinikahi pertamakali oleh Soekarno.

Bandung dan Tatar Sunda menjadi salah satu tempat penempaan sikap revolusioner seorang Soekarno.

Sosok Marhaen yang menjadi cikal bakal ajaran Bung Karno mengenai marhaenisme adalah sosok petani kecil asal Jawa Barat.

Pidato “Indonesia Menggugat” yang dibacakan Soekarno sebagai pledoinya di persidangan Landraad Bandung tahun 1930 menjadi intisari politik penting bangsa ini dalam menentang kolonialisme dan imperialisme.

Sebelumnya, Soekarno bersama tokoh Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) seperti Gatot Mangkupraja, Maskun dan Supriadinata ditangkap serta ditahan kolonial penjajah karena dianggap hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.

Menjadi absurd jika pengurus Dewan Pengurus Pusat PDI Perjuangan hanya “sekadar” menerima permintaan maaf Arteria Dahlan tanpa mau memahami perasaan warga Suku Sunda secara keseluruhan.

Sikap pongah Arteria Dahlan yang semula enggan meminta maaf secara langsung dan mengarahkan persoalan ke Dewan Kehormatan DPR kini menyatakan permintaan maafnya setelah menemui Sekjen Hasto Kristiyanto dan Ketua Dewan Kehormatan Komarudin Watubun (Kamis, 20 Januari 2022).

Sementara gelombang kekesalan warga Jawa Barat dan masyarakat Suku Sunda di berbagai wilayah terhadap sikap arogannya semakin marak.

Saya yang diminta berkuliah doktoral di Program Pascasarjana kelas reguler Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung oleh Megawati Soekarnoputri dan mendiang HM Taufiq Kiemas tahun 2004 silam, merasa “gagal” walau telah merampungkan penelitian disertasi di berbagai negara di Eropa termasuk ke Korea Utara dan Tiongkok.

Memang saya berhasil menamatkan S-3, tetapi saya tidak bisa menguasai bahasa Sunda yang enak didengarnya. Mirip dialek Bahasa Perancis loh.

Sebagai arek Malang, Jawa Timur yang berkuliah S-1 maupun S-2 di UI, saya kesulitan mempelajari bahasa Sunda. Abdi gagal pisan eui!

Meminjam dialog di film “Layangan Putus” yang lagi tren, bisa berbahasa Sunda is my dream. Not hers. My dream, Mas Arteria Dahlan.

Setidaknya abdi tidak calangap siyah maneh!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com