Awalnya penduduk desa setempat menemukan kuburan kuno pada awal 1970-an.
Sejak tahun 2003, para arkeolog telah menggali lebih dari 500 kuburan di sana, termasuk kuburan dengan pelindung kulit.
Para peneliti menemukan pakaian itu di kuburan seorang pria yang meninggal pada usia sekitar 30 tahun dan dikubur dengan beberapa artefak, termasuk tembikar, dua potongan pipi kuda yang terbuat dari tanduk dan kayu, dan tengkorak domba .
"Pada pandangan pertama, bungkusan potongan kulit yang berdebu [di pemakaman] ... tidak menarik banyak perhatian di antara para arkeolog," kata Wagner.
"Bagaimanapun, penemuan benda-benda kulit kuno cukup umum di iklim yang sangat kering di Cekungan Tarim," kata dia.
Rekonstruksi pelindung tubuh mengungkapkan bahwa baju perang itu memakai 5.444 sisik kulit kecil dan 140 sisik yang lebih besar.
"Kemungkinan terbuat dari kulit mentah sapi, yang "diatur dalam baris horizontal dan dihubungkan dengan tali kulit melewati sayatan," kata Wagner.
Baca juga: Arkeolog Temukan Kuil Matahari Berusia 4.500 di Mesir
Baju perang terutama melindungi tubuh bagian depan, pinggul, sisi kiri, dan punggung bawah.
"Desain ini cocok untuk orang dengan perawakan berbeda, karena lebar dan tinggi bisa disesuaikan dengan talinya," kata Wertmann.
Perlindungan sisi kirinya berarti pemakainya dapat dengan mudah menggerakkan lengan kanan mereka.
“Tampaknya pakaian yang sempurna untuk para pejuang dan prajurit berkuda, yang harus bergerak cepat dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri,” tambahnya.
"Potongan pipi kuda yang ditemukan di pemakaman mungkin menunjukkan bahwa pemilik makam memang seorang penunggang kuda," kata dia.
Baca juga: Arkeolog Temukan Toilet Berusia 800 Tahun, Ungkap Orang Yahudi Inggris Tidak Makan Babi