Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 6 Desember 1928, Pembantaian Buruh Perkebunan Pisang di Kolombia

Kompas.com - 06/12/2021, 10:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Keresahan para pekerja karena tidak merasakan dukungan negara membuat mereka melancarkan protes radikal dengan merampas perkebunan pisang.

Hal itu menyebabkan konfrontasi antara pemilik tanah, militer, dan pekerja.

Insiden yang terjadi di beberapa daerah itu menyebabkan Dewan Kementerian mengumumkan perubahan aturan ketertiban umum pada 5 Desember 1928.

Kewenangan khusus juga diberikan kepada Menteri Arrazola untuk bertindak sebagai mediator dan menempatkan Jenderal Cortes Vargas sebagai Kepala Sipil dan Militer.

Intervensi ini dilakukan dengan dasar kerugian ekonomi dan politik nasional, yang pada saat itu diperkirakan telah melebihi 1 juta dollar AS.

Sementara itu, aksi para buruh di Cienaga mencapai puncaknya pada malam hari tanggal 5 Desember 1928. Mereka berkumpul di alun-alun kota dan menggelar unjuk rasa damai.

Akan tetapi, Gubernur Magdalena, Nunez Roca, memerintahkan pembubaran demonstrasi.

Para pekerja tidak menerima ini dengan baik. Mereka menyatakan bahwa pihak berwenang lebih berpihak pada UFC dan militer tanpa berdiskusi dengan perwakilan pekerja.

Saat itu, ada sekitar 1.500 orang buruh yang melakukan demonstrasi dan mogok kerja di alun-alun Cienaga. Tentara memberikan waktu 15 menit kepada para buruh untuk membubarkan diri.

Tiga kali peringatan terompet diberikan, namun para demonstran tetap di posisinya.

Keheningan menguasai alun-alun Cienaga ketika fajar menyingsing pada 6 Desember 1928 dan ancaman tentara menjadi kenyataan ketika teriakan "Tembak" diucapkan.

Senapan-senapan ditembakkan ke arah demonstran yang tidak berdaya dan tidak bersenjata. Dalam beberapa menit, tanah alun-alun itu menjadi merah karena darah.

Dari berbagai kesaksian yang dikumpulkan, korban jiwa akibat peristiwa tersebut mencapai lebih dari 1.000 orang.

Tak hanya itu, para saksi juga menyebutkan bahwa militer mengangkut mayat para demonstran menggunakan kereta api, dan menguburnya di kuburan massal di lokasi yang tidak dapat diakses dan tidak dipublikasikan hingga sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com