Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Tol Masih Tinggi, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 05/11/2021, 14:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Dua kecelakaan di jalan tol terjadi pada Kamis (4/11/2021) dan mengakibatkan tiga orang meninggal dunia.

Kecelakaan pertama menimpa rombongan dekan dan dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Tol Cipali-Cikampek Km 113 pada Kamis dini hari.

Dekan Fakultas Peternakan Prof Ir I Gede Suparta Budisatria meninggal dunia, sementara tiga orang lainyya dirawat di rumah sakit dalam insiden tersebut. 

Di hari yang sama, kecelakaan menimpa artis Vanessa Angel dan suaminya Febri Andriansyah di Km 673+300A ruas Tol Jomol arah dari Jakarta menuju Surabaya.

Lantas, apa yang menyebabkan kecelakaan di jalan tol masih kerap terjadi?

Baca juga: Kronologi dan Dugaan Penyebab Kecelakaan yang Menewaskan Vanessa Angel

Kesadaran berlalu-lintas dan batas kecepatan

Pengamat transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan, tidak ada satu pun alat atau instrumen untuk mengurangi kecelakaan, tanpa kesadaran berlalu lintas yang benar.

Sebab, faktor manusia menurut Djoko merupakan penyebab tertinggi kecelakaan di jalan.

"Kalau orangnya tidak sadar keselamatan, mau dibuat apa pun tidak ada maknanya. Jadi harus taat aturan dulu, ikuti batas kecepatan yang ada, kondisi harus prima, kalau capek ya istirahat," kata Djoko kepada Kompas.com, Jumat (5/11/2021).

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 111 Tahun 2015, batas minimal kecepatan di jalan tol adalah 60 kilometer per jam dan maksimal 100 kilometer per jam.

Menurut Djoko, penetapan batas maksimal tersebut bukan tanpa alasan. Apabila terjadi pecah ban dengan kecepatan di atas 100 kilometer per jam, maka akan berakibat fatal.

"Meski teknologi mobil sudah tinggi, tapi harus diingat batas kecepatan itu juga punya makna. Kalau kecepatan di atas 100 kilometer dan pecah ban, itu bisa fatal," jelas dia.

Ia menjelaskan, jalan tol di Indonesia juga perlu memiliki speed gun, sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan.

Jika pengendara melanggar batas kecepatan itu, maka bisa segera ditindak. Sayangnya, hanya sedikit tol yang memiliki speed gun.

Baca juga: Berkaca dari Kecelakaan Vanessa Angel, Ini Bahaya Mengantuk Saat Berkendara

 

Direktorat Keselamatan Transportasi Darat

Djoko menuturkan, pemerintah juga perlu mengaktifkan kembali Direktorat Keselamatan Transportasi Darat yang telah ditiadakan di Kementerian Perhubungan sejak dua tahun lalu.

Sebab, menurut Djoko peniadaan direktorat tersebut berdampak pada minimnya program dan anggaran untuk keselamatan di sektor transportasi darat.

"Padahal urusan keselamatan transportasi darat belum menunjukkan keberhasilan yang berarti dalam hal menurunkan angka kecelakaan lalu lintas," ujarnya.

"Tingkat fatalitas masih cukup tinggi. Kesadaran masyarakat akan keselamatan lalu lintas juga masih rendah. Jika meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dianggap takdir," sambungnya.

Ia menjelaskan, angka kecelakaan lalu lintas tidak pernah turun drastis, sedangkan institusi yang fokus mengurusi keselamatan justru dihilangkan.

Baca juga: Perkembangan Kasus Kecelakaan Vanessa Angel: Kronologi hingga Pemeriksaan Polisi

Tempat istirahat pengemudi bus di tempat wisata

Selain itu, Djoko menyebut pemerintah juga perlu mewajibkan destinasi wisata dan penginapan untuk menyediakan tempat istirahat yang memadai bagi pengemudi bus wisata.

Menurutnya, masih banyak tempat wisata yang belum menyediakan tempat istirahat bagi pengemudi bus wisata, karena tidak ada kewajiban.

"Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu membuat peraturan yang mewajibkan setiap tempat wisata menyediakan tempat istirahata bagi pengemudi bus wisata," kata Djoko.

Bahaya sopir mengantuk

Dikutip dari Kompas.com, 12 Januari 2021, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan bahaya sopir mengantuk saat mengemudi.

Menurut Jusri, mengantuk saat mengemudi sama berbahayanya dengan berkendara dalam kondisi mabuk.

"Sebab, otak terlambat memberikan tanggapan akan tangkapan indera kita. Ketika dalam kondisi berkendara, tidak fokus selama beberapa detik saja bisa berakibat fatal," kata Jusri.

Dia menjelaskan, kondisi tertidur sekejap yang dapat dialami para pengemudi di jalan adalah gejala microsleep.

"Microsleep itu keaadaan badan tertidur hanya sesaat. Mungkin sekitar 1 sampai 30 detik. Bisa juga saat mata terbuka, saat tengah berkendara. Ini tentu berbahaya," kata dia.

Baca juga: Catat, Mengemudi di Jalan Tol Paling Rentan Terkena Microsleep

(Sumber: Kompas.com/Aprida Mega Nanda, Muhammad Fathan Radityasani, Jawahir Gustav Rizal | Editor: Andi Muttya Keteng Pangerang, Agung Kurniawan, Azwar Ferdian, Rendika Ferri Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Tren
Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiaannya Diikuti Ratusan Orang

Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiaannya Diikuti Ratusan Orang

Tren
Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Tren
Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Tren
Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Tren
Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Tren
Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Tren
Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Tren
Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Tren
Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Tren
Mengenal Jampidsus, Unsur 'Pemberantas Korupsi' Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Mengenal Jampidsus, Unsur "Pemberantas Korupsi" Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Tren
Starlink dan Literasi Geospasial

Starlink dan Literasi Geospasial

Tren
Saat Pegi Berkali-kali Membantah Telah Bunuh Vina, Sebut Fitnah dan Rela Mati...

Saat Pegi Berkali-kali Membantah Telah Bunuh Vina, Sebut Fitnah dan Rela Mati...

Tren
5 Kasus Besar yang Tengah Ditangani Jampidsus di Tengah Dugaan Penguntitan Densus 88

5 Kasus Besar yang Tengah Ditangani Jampidsus di Tengah Dugaan Penguntitan Densus 88

Tren
Jarang Diketahui, Ini Potensi Manfaat Konsumsi Kunyit Putih Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Potensi Manfaat Konsumsi Kunyit Putih Setiap Hari

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com