KOMPAS.com - Sebagian pasien Covid-19 di awal pandemi mengalami delirium, yaitu gangguan serius pada kondisi mental seseorang yang menyebabkan bingung, gelisah, dan tidak dapat berpikir jernih.
Melansir Health Lab, pasien yang mengalami delirium cenderung lebih sakit, dengan lebih banyak penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes.
“Covid juga dikaitkan dengan sejumlah hasil buruk lainnya yang cenderung memperpanjang rawat inap dan mempersulit pemulihan,” ujar Penulis studi Philip Vlisides, MD dari Departemen Anestesiologi di Michigan Medicine Amerika Serikat.
Sebuah studi juga menyebutkan, delirium umumnya dialami pasien Covid-19 yang berusia lanjut.
Dokter Divisi Psikiatri Komunitas, Rehabilitasi, dan Trauma Psikososial, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, dr Gina Anindyajati SpKJ mengatakan, delirium menunjukkan terjadi perburukan dari suatu kondisi medis tertentu pada seseorang.
Ia menjelaskan, delirium adalah suatu kondisi perubahan kesadaran yang onset-nya akut dan terjadi secara mendadak.
"Orang yang mengalami delirium menunjukkan adanya gangguan tingkat kesadaran, perhatian, kognitif (kemampuan berpikir), dan persepsi yang terjadi secara fluktuatif (berubah-ubah dari waktu ke waktu)," ujar Gina, dikutip dari Kompas.com, Jumat (11/12/2020).
Baca juga: Tanda-tanda Mengalami Delirium, Gejala Baru Covid-19
Dikutip NDTV, studi yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Open ini melakukan penelitian terhadap hampir 150 pasien yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi corona pada awal pandemi.
Dari penelitian tersebut, ditemukan sebesar 73 orang mengalami delirium, dengan durasi rata-rata selama 10 hari.
Peneliti berusaha mengidentifikasi benang merah pada pasien-pasien yang mengalami delirium, dengan beberapa faktor dapat berperan di dalamnya.
Penyakit ini dapat menyebabkan berkurangnya oksigen ke otak, bahkan perkembangan pembekuan darah dan stroke, yang mengakibatkan gangguan kognitif
Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 parah, gangguan koginitif termasuk depresi dan delirium, sangat mungkin terjadi.
“Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti alasan lain mengapa vaksinasi dan mencegah penyakit parah sangat penting. Mungkin ada komplikasi neurologis jangka panjang,” tutur Vlisides.
Baca juga: Simak Gejala Corona dari Anosmia hingga Delirium
Dituliskan Mayoclinic, delirium merupakan gangguan serius pada kemampuan mental, yang mengakibatkan kebingungan berpikir dan penurunan kesadaran terhadap lingkungan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat berkontribusi menyebabkan delirium, seperti
Baca juga: Kenali Tanda-tanda Mengalami Delirium, Gejala Covid-19
Gejala delirium serupa dengan demensia, sehingga masukan dari anggota keluarga atau pengasuh kemungkinan penting bagi dokter untuk membuat diagnosis yang akurat.
Gejala delirium biasanya dimulai dalam beberapa jam atau beberapa hari. Orang dengan delirium sering berfluktuasi sepanjang hari, dan gejala cenderung lebih buruk pada malam hari.
Adapun gejala utama dari delirium meliputi:
Apa penyebab terjadinya delirium?
Gina menjelaskan, delirium dapat terjadi pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang disebabkan oleh berbagai sebab, yakni:
Baca juga: Fenomena Delirium Gejala Baru Covid-19, Ini Penjelasannya...
Penanganan mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Jika penyebabnya karena infeksi, maka pengobatannya ditujukan untuk menyelesaikan infeksinya.
Namun, jika penyebabnya karena pengentalan darah yang berlebihan, maka perlu diberikan terapi agar kekentalan darahnya berkurang.
"Bila pasien mengalami gaduh gelisah, baru diberikan obat-obatan psikiatri sesuai dengan derajat gaduh gelisahnya," ujar Gina.
Ia menambahkan, tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami derilium bergejala reorientasi.
"Orang dengan delirium dibantu untuk mengenali ruang, waktu, dan orang di sekelilingnya sehingga menurunkan kebingungan dan kegelisahan," kata Gina.
"Orang dengan delirium juga perlu dirawat di ruangan yang nyaman, cukup pencahayaan dan tenang, suhu ruangan yang hangat," lanjut dia.
Baca juga: Kisah Ari Lasso Sembuh dari Covid-19, Sempat Alami Delirium dan Demam 11 Hari