Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Delirium Jadi Gejala Baru Covid-19, Apa Penyebab dan Faktor Risikonya?

Kompas.com - 12/12/2020, 17:30 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Infeksi virus corona jenis baru memunculkan gejala tertentu. Delirium menjadi salah satu gejala baru pada pasien Covid-19.

Studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol mengungkapkan, gejala delirium terjadi khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia).

Delirium merupakan perubahan tiba-tiba yang terjadi pada fungsi mental seseorang. Gangguan ini membuat perubahan cara berpikir dan perilaku, serta tingkat kesadarannya.

Selain itu, delirium berpengaruh terhadap kemampuan konsentrasi, berpikir, mengingat, dan pola tidur seseorang.

Baca juga: Sakit Mata Disebut Jadi Gejala Baru Covid-19, Benarkah?

Lantas, apa faktor penyebab dan risikonya?

Diberitakan Mayo Clinic, delirium terjadi saat pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi terganggu.

Gangguan tersebut kemungkinan besar disebabkan kombinasi faktor-faktor yang membuat otak rentan dan memicu terjadinya malfungsi pada aktivitas otak.

Delirium dapat disebabkan oleh satu atau beberapa penyebab, seperti kombinasi kondisi medis dan toksisitas obat. Terkadang, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Adapun kemungkinan penyebab terjadinya delirium meliputi

  1. Obat tertentu atau toksisitas obat
  2. Keracunan atau penarikan alkohol atau obat
  3. Kondisi medis, seperti stroke, serangan jantung, penyakit paru-paru atau penyakit hati yang memburuk, hingga cedera akibat jatuh
  4. Ketidakseimbangan metabolik, seperti natrium rendah atau kalsium rendah
  5. Penyakit parah atau kronis
  6. Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak
  7. Infeksi saluran kemih, pneumonia atau flu, terutama pada orang dewasa yang lebih tua
  8. Paparan toksin, seperti karbon monoksida, sianida, atau racun lainnya
  9. Malnutrisi atau dehidrasi
  10. Kurang tidur atau tekanan emosional yang parah
  11. Rasa sakit
  12. Pembedahan atau prosedur medis lain yang mencakup anestesi

Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia

Beberapa obat atau kombinasi obat yang dapat memicu delirium antara lain:

  • Obat nyeri
  • Obat tidur
  • Pengobatan untuk gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi
  • Obat alergi (antihistamin)
  • Obat asma
  • Obat steroid disebut kortikosteroid
  • Obat penyakit Parkinson
  • Obat untuk mengobati kejang atau kejang

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Siapa yang Jadi Prioritas?

Risiko dan cara pengobatan

Sementara itu, kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium seperti gangguan otak (demensia, stroke, atau penyakit Parkinson), gangguan penglihatan atau pendengaran, dan adanya berbagai masalah medis.

Penanganan bagi mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.

Baca juga: Hasil Tak Menjanjikan, Vaksin Covid-19 Sanofi Baru Tersedia pada Akhir 2021

Jika disebabkan karena infeksi, maka pengobatannya ditujukan untuk menyelesaikan infeksinya.

Namun, apabila penyebabnya karena pengentalan darah yang berlebihan, maka perlu diberikan terapi agar kekentalan darahnya berkurang.

Diberitakan Kompas.com (12/12/2020), tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami delirium bergejala reorientasi.

Baca juga: Berikut 3 Rumah Sakit Swasta di Indonesia yang Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Sinovac

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com