KOMPAS.com - Infeksi virus corona jenis baru memunculkan gejala tertentu. Delirium menjadi salah satu gejala baru pada pasien Covid-19.
Studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol mengungkapkan, gejala delirium terjadi khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia).
Delirium merupakan perubahan tiba-tiba yang terjadi pada fungsi mental seseorang. Gangguan ini membuat perubahan cara berpikir dan perilaku, serta tingkat kesadarannya.
Selain itu, delirium berpengaruh terhadap kemampuan konsentrasi, berpikir, mengingat, dan pola tidur seseorang.
Baca juga: Sakit Mata Disebut Jadi Gejala Baru Covid-19, Benarkah?
Diberitakan Mayo Clinic, delirium terjadi saat pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi terganggu.
Gangguan tersebut kemungkinan besar disebabkan kombinasi faktor-faktor yang membuat otak rentan dan memicu terjadinya malfungsi pada aktivitas otak.
Delirium dapat disebabkan oleh satu atau beberapa penyebab, seperti kombinasi kondisi medis dan toksisitas obat. Terkadang, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi.
Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai
Adapun kemungkinan penyebab terjadinya delirium meliputi
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia
Beberapa obat atau kombinasi obat yang dapat memicu delirium antara lain:
Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Siapa yang Jadi Prioritas?
Sementara itu, kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium seperti gangguan otak (demensia, stroke, atau penyakit Parkinson), gangguan penglihatan atau pendengaran, dan adanya berbagai masalah medis.
Penanganan bagi mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Baca juga: Hasil Tak Menjanjikan, Vaksin Covid-19 Sanofi Baru Tersedia pada Akhir 2021
Jika disebabkan karena infeksi, maka pengobatannya ditujukan untuk menyelesaikan infeksinya.
Namun, apabila penyebabnya karena pengentalan darah yang berlebihan, maka perlu diberikan terapi agar kekentalan darahnya berkurang.
Diberitakan Kompas.com (12/12/2020), tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami delirium bergejala reorientasi.
Baca juga: Berikut 3 Rumah Sakit Swasta di Indonesia yang Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19