Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Kematian Covid-19 Diperkirakan Akan Meningkat, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 24/08/2021, 15:00 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan kasus baru dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia diprediksi dapat meningkat dalam beberapa hari ke depan. 

Kondisi tersebut bisa terjadi jika beberapa daerah mengeluarkan tabungan kasus Covid-19 dan kematian yang dilaporkan. 

Hal itu diungkapkan Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan saat konferensi pers virtual yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemenko Marves, Senin (23/8/2021).

"Saya hanya sekedar mengingatkan, dalam beberapa hari ke depan akan kembali terjadi kenaikan tren kasus konfirmasi dan juga kasus kematian akibat tabungan kasus konfirmasi dan kematian yang akan dikeluarkan oleh beberapa kabupaten dan kota," kata Luhut.

Baca juga: Penjelasan Luhut soal Sampai Kapan PPKM Akan Diperpanjang?

Data yang belum dilaporkan

Lubut menjelaskan bahwa angka kematian yang tinggi selama 10 hari ke depan karena adanya data angka kasus konfirmasi dan kematian yang tertunda.

"Ada mungkin beberapa ratus atau beberapa ribu data yang secara bertahap akan dikeluarkan dalam 10 hari ke depan ini," ungka dia. 

Meski sudah dilakukan perbaikan data, tetapi ada beberapa daerah yang pelaporan kasus dan kematiannya masih belum membaik.

Sebelumnya, akibat pelaporan data yang terlambat ini, pemerintah sempat menghapuskan angka kematian dari indikator penilaian asesmen level untuk pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Pada periode PPKM 23-30 Agustus 2021 ini, pemerintah kembali menjadikan angka kematian sebagai indikator.

"Pemerintah kembali memasukkan data indikator kematian sebagai penilaian asesmen level sesuai yang ditetapkan oleh WHO," imbuhnya.

Baca juga: Syarat Tes CPNS 2021: Wajib Sudah Divaksin dan Bawa Hasil PCR/Antigen

 

Penyebab kematian Covid-19 tinggi

Selain itu, Luhut juga menjelaskan mengenai tingginya angka kematian Covid-19 di Indonesia.

Hal itu menurut Luhut karena banyaknya pasien yang memilih menjalani isolasi mandiri di rumah dibandingkan menjalani isolasi terpusat.

"Sehingga terjadi perburukan ketika isolasi mandiri yang menyebabkan telatnya mereka dibawa ke fasilitas kesehatan," terangnya.

Baca juga: Apakah PPKM Akan Diperpanjang Besok? Berikut Evaluasi Jokowi

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting.

"Karena banyaknya pilihan untuk isoman bagi mereka yg positif Covid-19. Padahal penerintah menganjurkan isolasi terpusat (isoter)," tutur Alex kepda Kompas.com, Selasa (24/8/201).

Isolasi terpusat

Apabila menjalani isolasi terpusat, kata Alex, masyarakat bisa mendapatkan perawatan lebih baik. Masyarakat juga bisa segera mendapat pelayanan dari petugas kesehatan jika terjadi perburukan.

"Keuntungan isoter adalah tempat terpusat, ada pendampingan, tersedia tim medik, tersedia obat-obatan, tersedia makan minum, dan menurunkan klaster keluarga," ujarnya.

Baca juga: PPKM Diperpanjang hingga 30 Agustus, Ini Syarat Perjalanan Terbaru

 

Risiko isolasi mandiri

Adapun Alex menyampaikan risiko yang bisa dialami pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri, yakni kondisi komorbid tidak terkendali dan kemunculan badai sitokin tidak terdeteksi lebih awal.

"Sehingga isoman sering membawa perburukan, pneumonia, gagal nafas, ARDS (sindrom gangguan pernapasan akut) dan kematian," imbuh dia.

Baca juga: UPDATE Corona 24 Agustus: Pertama Kali dalam 10 Minggu Kasus Covid-19 Indonesia di Bawah 10.000

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bagaimana Cara Isolasi Mandiri dan Merawat Saudara yang Positif Covid-19?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com