Bulan yang tampak benar-benar biru hanya terjadi ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi menutupi Bulan.
Sementara, fenomena Bulan Biru Musiman hanya penamaan Bulan Purnama pada waktu tertentu.
Melansir website Lapan, istilah Bulan Biru musiman berawal dari Almanak Petani Maine tentang kemunculan purnama ke-13 dalam satu tahun.
Pada masa itu, angka 13 dianggap sebagai angka sial. Oleh sebab itu, penamaan purnama ini diganti sebagai Bulan Biru.
Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?
Bulan Biru Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Fenomena sebelumnya terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016.
Fenomena Bulan Biru Musiman akan kembali terjadi pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mendatang.
Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru Bulanan.
Dalam 1100 tahun antara 1550 dan 2650, ada 408 Bulan Biru Musiman dan 456 Bulan Biru Bulanan.
Baca juga: Ramai soal Latihan Terbang Malam di Langit Yogyakarta-Klaten, Ini Penjelasan TNI AU