Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Jejak KH Musthafa, Pahlawan Nasional yang Identitasnya Sempat Hilang

Kompas.com - 22/08/2021, 08:48 WIB
Farid Assifa

Penulis

Buku tersebut dibedah oleh KNPI Kabupaten Tasikmalaya secara online dan offline pada Sabtu (21/8/2021).

Perlawanan KH Musthafa

Pertempuran di Pesantren Sukamanah antara KH Zainal Musthafa atau KH Zainal Mustafa bersama ribuan pengikutnya melawan militer Jepang terjadi pada Jumat, 18 Februari 1944.

Awalnya, Ajengan Sukamanah ini menentang sejumlah kebijakan kolonal Jepang yang merugikan dan menindas rakyat Indonesia.

Kebijakan pertama adalah soal upeti padi yang membebani rakyat. Apalagi saat itu kondisi sedang paceklik hingga membuat rakyat kesulitan.

Kebijakan kedua yang ditentang KH Zainal Musthafa adalah kerja paksa (romusha). Jepang sudah mengirimkan tenaga kerja paksa ke seluruh wilayah di Indonesia dan Asia sejak Oktober 1943.

Selanjutnya kebijakan ketiga yang dinilai melukai umat Islam dan sangat ditentang Ajengan Sukamanah adalah kewajiban kyujo yohai, yakni menghormati istana Kaisar Jepang di Tokyo dengan cara membungkukkan badan arah timur mirip ruku dalam shalat. Kebijakan ini dikenal pula sebagai saikeirei.

Pada tahun 1944, kebijakan upeti beras semakin keras. Bahkan banyak santri yang hendak mondok di Pesantren KH Zainal Musthafa dirampas bekalnya oleh tentara Jepang dan antek-anteknya. Kondisi itu tentu saja meresahkan masyarakat dan membuat Ajengan Sukamanah kian marah.

Kemarahan dan sikap perlawanan Ajengan Sukamanah terhadap kolonial ditunjukkan dengan ceramahnya yang keras terhadap Jepang. Selain itu, Ajengan Sukamanah juga menolak melakukan saikeirei setiap menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau juga perkumpulan ulama.

Sikap Ajengan Sukamanah seperti itu mulai terendus militer Jepang. Pihak Jepang menganggap bahwa KH Zainal Musthafa hendak melawan kolonial.

Apalagi, pihak militer Jepang juga mendengar informasi dai mata-matanya bahwa Ajengan Sukamanah sedang melatih santri dan masyarakat ilmu bela diri pencak silat.

Pihak Jepang mengira bahwa KH Zainal Musthafa akan memberontak, padahal pelatihan itu sesungguhnya untuk penjagaan karena kala itu situasi keamanan di sekitar pesantren sedang genting. Banyak perampokan dan pencurian akibat kemiskinan pasca-kebijakan upeti paksa padi oleh Jepang.

Selain itu, ada miskomunikasi antara mata-mata Jepang dan Kenpeitai. Mata-mata yang kemungkinan dari pribumi yang berbahasa Sunda ini mengolah informasi ke dalam bahasa Melayu. Lalu dari bahasa Melayu ditafsir ulang ke dalam bahasa Jepang oleh pihak Jepang yang baru bisa berbahasa Melayu.

“Kesalahpahaman sangat mungkin terjadi dalam proses ini,” kata Iip D Yahya, penulis Ajengan Sukamanah saat bedah buku, pekan lalu.

Setelah mendapat banyak informasi mengenai gerak-gerik Ajengan Sukamanah itu, Kenpeitai yang merupakan militer Jepang paling galak dan kejam itu kemudian meminta KH Zainal Musthafa untuk datang ke markas Kenpeitai di Tasikmalaya.

Mereka mengutus mulai kiai hingga aparat pemerintah seperti camat untuk membujuk Ajengan Sukamanah agar mendatangi markas Kenpeitai di Tasikmalaya. Namun Ajengan Sukamanah menolak tegas ajakan itu.

Selanjutnya, militer Jepang mengutus polisi setempat yang sudah tunduk pada kolonial untuk membujuk KH Zainal Musthafa. Para polisi itu kemudian mendatangi pesantren Ajengan Sukamanah pada Kamis, 17 Februari 1944.

Namun bukannya berhasil membujuk Ajengan Sukamanah, para polisi itu malah mendukung Sang Kiai. Hal itu dibuktikan dengan tidak melakukan perlawanan ketika santri KH Zainal Musthafa melucuti senjata para polisi itu. Bahkan mereka ikut shalat berjamaah dan mengikuti ceramah KH Zainal Musthafa.

Karena para polisi dari pribumi itu gagal, lalu Kenpeitai kembali mengutus 4 tentara Jepang dan satu penerjemah pada Jumat, 18 Februari 1944. Keempat tentara Jepang itu adalah Sersan Kobayashi, Sersan Nakamikawa, Kopral Okuni dan Kopral Kuwada.

Setelah bertemu, sempat terjadi dialog antara tentara Jepang dan KH Zainal Musthafa. Pihak Jepang menuding Ajengan Sukamanah menghasut rakyat untuk melawan Jepang.

Dialog itu memanas setelah Ajengan Sukamanah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Jepang karena menjajah Indonesia, dan ia ingin negeri ini merdeka.

Pernyataan Ajengan Sukamanah itu membuat salah satu tentara emosi yang kemudian mencabut pistol lalu mengarahkannya ke KH Zainal Musthafa. Namun sebelum pistol itu meletus, salah seorang santri dengan cekatan memukul sikut lengan tentara Jepang itu hingga akhirnya peluru meleset dan mengenai bahu santri lainnya.

Ketegangan memuncak hingga terjadi pertempuran kecil. Karena kalah jumlah, tentara Jepang kalah. Tiga di antaranya tewas, termasuk juru bicara. Lalu dua lainnya, Kopral Okuna dan Kopral Kuwada berhasil melarikan diri.

Setelah insiden itu, Ajengan Sukamanah memperkirakan tentara Jepang akan kembali ke pesantren dengan membawa pasukan dan peralatan tempur lainnya. Ia kemudian mengumpulkan sejumlah santrinya dan masyarakat setempat untuk bersiap karena kemungkinan Jepang akan menyerbu pesantren.

Akhirnya terkumpul sekitar 1.000 pengikut KH Zainal Musthafa. Sementara 17 santri senior yang terlatih ditugaskan untuk mendampingi Sang Kiai.

Sekitar pukul 16.30, tentara Jepang dengan dibantu pasukan dari pribumi dengan senjata lengkap dan modern datang mengepung pesantren. Mereka juga membawa 10 panser.

Meski dikepung, namun para “pasukan Sukamanah” tidak langsung menyerang karena ingat pesan dari Kiai bahwa jika yang dihadapinya adalah bangsa sendiri maka jangan dulu menyerang. Sebab, pasukan Sukamanah hanya ingin berperang dengan tentara Jepang.

Akhirnya pasukan Jepang dari bangsa sendiri mulai menyerang, maka pengikut Ajengan Sukamanah pun melawan. Pertempuran pun pecah dan sengit. Mayat bergelimpangan di sekitar Pesantren Sukamanah.

Pertempuran berdarah itu berlangsung selama 90 menit. Karena situasi saat itu hujan deras sehingga menyulitkan pihak Jepang untuk bertempur, maka pasukan kolonial itu mundur.

Namun Ajengan Sukamanah dan 17 santri seniornya berhasil ditangkap pihak Jepang. Peperangan pun berakhir.

Selanjutnya Ajengan Sukamanah dan santri seniornya dipenjara di Tasikmalaya. Selama dipenjara, mereka disiksa dengan kejam.

Selanjutnya, KH Zainal Musthafa dan belasan santrinya dipindahkan ke penjara Sukamiskin di Bandung. Selama proses penahanan itu, ada beberapa santri yang meninggal karena tidak tahan atas siksaan pihak Jepang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com