“Pahlawan adalah seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri, yang murah hati, yang hanya mencoba untuk memberi kembali sebanyak mungkin dan membantu orang. Seorang pahlawan bagi saya adalah seseorang yang menyelamatkan orang dan sangat peduli." (Debi Mazar)
Beberapa larik kalimat di atas, dalam beberapa hari belakangan ini bisa kita temukan di masa pandemi Covid-19.
Betapa tidak, di saat angka kematian harian dan angka positif kasus Covid harian sedang memuncak, di saat kelangkaan oksigen dan ruang perawatan di banyak rumah sakit terjadi, dan di saat banyak kegiatan usaha masyarakat mengibarkan bendera putih sebagai pertanda “menyerah” karena tidak bisa lagi mengais rezeki, pertolongan “pahlawan” itu menyentak mata batin kita.
Keluarga mendiang Akidi Tio asal Langsa, Aceh menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid di Provinsi Sumatera Selatan.
Tidak saja fantastis dalam besaran nominal sumbangan, tapi juga mencuatkan nama keluarga Akidi Tio yang selama ini “senyap” dalam blantika aksi-aksi sosial yang kerap diunggah “dermawan unyu-unyu” di media sosial.
Wasiat dari Akidi Tio juga sangat mulia, ingin menyumbangkan dana untuk penanganan warga yang terdampak Covid, tanpa melihat latar belakang penerima bantuan.
Akidi Tio sengaja memilih Sumatera Selatan karena pernah berusaha di sana dan sebagai balas budinya daerah tersebut yang dipilihnya. Di Aceh sendiri, mendiang Akidi Tio juga ringan tangan dalam membantu warga selama hidupnya.
Baca juga: Sosok Akidi Tio, Dermawan Asal Aceh yang Sumbang Rp 2 T bagi Korban Pandemi Covid-19
Sebelumnya pengusaha Sukanto Tanoto telah menyumbangkan 500 ton oksigen untuk membantu kelangkaan oksigen di masyarakat.
Di Jambi, pengusaha hotel Bob Bee Builder mempersilahkan warga yang tengah isolasi mandiri untuk menggunakan hotelnya tanpa bayar.
Selain menggratiskan hotel bintang 3 miliknya, pengusaha ini juga menyediakan peti mati gratis untuk jenazah penderita covid.
Baca juga: Setelah Gratiskan Hotelnya untuk Tempat Isoman, Kini Bob Bee Builder Sumbangkan 100 Peti Mati
Di Jakarta, beberapa ibu rela menyumbangkan ASI yang dimilikinya untuk bayi-bayi yang ibunya meninggal karena Covid atau untuk ibu-ibu yang tengah kesulitan memproduksi air susu ibu (ASI) karena tengah isolasi mandiri di rumah.
Pengusaha laundry di Pancoran, Jakarta, juga menggratiskan biaya cuci setrika dan antar jemput pakaian kotor bersih untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan.
Romeo Julianto Sirait, pemilik warung bubur ayam di Semarang, Jawa Tengah juga menggratiskan bubur jualannya untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah. Walau kerap rugi, warung ini masih terus menebar kebaikan (Kompas.com, 11 Juli 2021).
Baca juga: Rajin Sumbang Bubur untuk Pasien Isoman, Warung di Semarang Diborong Ganjar
Di Depok, Jawa Barat, sebuah yayasan tergerak menyebarkan bantuan makanan siap santap untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah.
Rantang cinta ini lahir sebagai bentuk sosial di tengah masih adanya ketidakpedulian dan sifat skeptis warga yang melihat ada salah satu warga di lingkungannya yang tengah isolasi mandiri (Kompas.com, 27 Juli 2021).
Baca juga: Tergerak dari Kisah Intimidasi Pasien Isoman, Rantang Cinta Hadir di Depok