Ibu-ibu PKK di Lamongan, Jawa Timur juga tidak ketinggalan berbuat kebajikan. Untuk membantu warga yang kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup, mereka menyediakan tas plastik berisi sembako. Dengan kegiatan yang diberi nama “Beri Seiklasnya, Ambil Seperlunya”, aksi terpuji juga menampung warga lain yang ingin menyumbang (Kompas.com, 26 Juli 2021).
Baca juga: Gotong Royong Saat Pandemi Covid-19: Beri Seikhlasnya, Ambil Seperlunya
Dalam setiap babakan sejarah perjalan bangsa ini – termasuk di saat pandemi – setiap tantangan dan cobaan akan melahirkan pahlawan-pahlawan.
Perjuangan semua komponen anak bangsa di masa pandemi ini melahirkan pahlawan-pahlawan kemanusian yang rela berkorban.
Tidak saja untuk keluarga Akidi Tio yang merelakan Rp 2 triliun miliknya, sosok pahlawan juga muncul pada ibu yang menyumbangkan ASI-nya, pemilik warung bubur ayam, pengusaha laundry, penyebar rantang cinta dan ibu-ibu PKK.
Para tenaga medis yang berjuang di garda depan, para petugas pemulasaraan jenazah, para penggali kubur, para vaksinator yang menyuntikkan vaksin, para aparat yang mengawasi pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) agar penularan tidak meluas, semuanya adalah pahlawan-pahlawan kemanusian.
Beban pemerintah sudah sangat-sangat berat, utang kian membesar dan segala persoalan ikutan selalu muncul dalam pandemi sekarang ini.
Jenis bantuan sosial yang diberikan pemerintah selama pandemi sendiri terdiri dari: bantuan sembako untuk Bodetabek senilai Rp 600 ribu untuk keluarga miskin selama 3 bulan, bantuan sosial tunai untuk warga di luar Bodetabek senilai Rp 600 ribu untuk warga miskin selama 3 bulan, pengalihan anggaran dana desa untuk bantuan langsung tunai senilai Rp 600 ribu per bulan, pembebasan tagihan listrik termasuk penghapusan biaya minimum dan abonemen untuk warga terdampak, kartu pra kerja untuk membantu karyawan yang terkena PHK dan pengangguran, subsidi gaji karyawan swasta yang terdaftar di BPJS dan bergaji di bawah Rp 5 juta per bulan, serta bantuan langsung tunai untuk usaha mikro kecil (Kompas.com, 26/08/2020).
Kehadiran para pahlawan dengan berbagai bantuannya itu – terlepas dari besar kecilnya sumbangan – sungguh sangat berarti di saat kehidupan semua lapisan masyarakat terdampak pandemi.
Semua sektor kehidupan mengalami kelumpuhan, apalagi dengan pemberlakuan PPKM yang sangat mematikan usaha masyarakat kecil.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menyebut 57 persen masyarakat Indonesia masih bekerja di sektor informal.
Tukang becak, buruh tani, pembuat stempel di pinggir jalan, pengemudi online, buruh cuci, tukang pijat, pembantu rumah tangga paruh waktu, atau pedagang asongan adalah contoh jenis-jenis pekerjaan informal. Tidak ada kepastian pendapatan dan tidak ada perlindungan.
Baca juga: Kala Jokowi (Merasa) Sendiri
Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan di saat pandemi.
Kita bangsa yang besar, tidak saja besar dalam artian jumlah penduduknya tetapi juga bisa dimaknai besar dalam potensi penggalangan solidaritas.
Perang fisik melawan kolonial yang memiliki persenjataan modern saja sanggup dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan kita dulu dengan menggunakan senjata ala kadarnya. Kita pun saat ini pasti sanggup bersama melawan pandemi.
Untuk menjadi pahlawan di masa pandemi, tidak harus memiliki kekayaan berlimpah terlebih dahulu seperti Bento dalam lirik lagu Iwan Fals.