Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pahlawan-pahlawan di Tengah Pandemi

Kompas.com - 28/07/2021, 10:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Pahlawan adalah seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri, yang murah hati, yang hanya mencoba untuk memberi kembali sebanyak mungkin dan membantu orang. Seorang pahlawan bagi saya adalah seseorang yang menyelamatkan orang dan sangat peduli." (Debi Mazar)

Beberapa larik kalimat di atas, dalam beberapa hari belakangan ini bisa kita temukan di masa pandemi Covid-19.

Betapa tidak, di saat angka kematian harian dan angka positif kasus Covid harian sedang memuncak, di saat kelangkaan oksigen dan ruang perawatan di banyak rumah sakit terjadi, dan di saat banyak kegiatan usaha masyarakat mengibarkan bendera putih sebagai pertanda “menyerah” karena tidak bisa lagi mengais rezeki, pertolongan “pahlawan” itu menyentak mata batin kita.

Keluarga mendiang Akidi Tio asal Langsa, Aceh menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid di Provinsi Sumatera Selatan.

Tidak saja fantastis dalam besaran nominal sumbangan, tapi juga mencuatkan nama keluarga Akidi Tio yang selama ini “senyap” dalam blantika aksi-aksi sosial yang kerap diunggah “dermawan unyu-unyu” di media sosial.

Wasiat dari Akidi Tio juga sangat mulia, ingin menyumbangkan dana untuk penanganan warga yang terdampak Covid, tanpa melihat latar belakang penerima bantuan.

Akidi Tio sengaja memilih Sumatera Selatan karena pernah berusaha di sana dan sebagai balas budinya daerah tersebut yang dipilihnya. Di Aceh sendiri, mendiang Akidi Tio juga ringan tangan dalam membantu warga selama hidupnya.

Baca juga: Sosok Akidi Tio, Dermawan Asal Aceh yang Sumbang Rp 2 T bagi Korban Pandemi Covid-19

Sebelumnya pengusaha Sukanto Tanoto telah menyumbangkan 500 ton oksigen untuk membantu kelangkaan oksigen di masyarakat.

Di Jambi, pengusaha hotel Bob Bee Builder mempersilahkan warga yang tengah isolasi mandiri untuk menggunakan hotelnya tanpa bayar.

Selain menggratiskan hotel bintang 3 miliknya, pengusaha ini juga menyediakan peti mati gratis untuk jenazah penderita covid.

Baca juga: Setelah Gratiskan Hotelnya untuk Tempat Isoman, Kini Bob Bee Builder Sumbangkan 100 Peti Mati

Di Jakarta, beberapa ibu rela menyumbangkan ASI yang dimilikinya untuk bayi-bayi yang ibunya meninggal karena Covid atau untuk ibu-ibu  yang tengah kesulitan memproduksi air susu ibu (ASI) karena tengah isolasi mandiri di rumah.

Pengusaha laundry di Pancoran, Jakarta, juga menggratiskan biaya cuci setrika dan antar jemput pakaian kotor bersih untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan.

Romeo Julianto Sirait, pemilik warung bubur ayam di Semarang, Jawa Tengah juga menggratiskan bubur jualannya untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah. Walau kerap rugi, warung ini masih terus menebar kebaikan (Kompas.com, 11 Juli 2021).

Baca juga: Rajin Sumbang Bubur untuk Pasien Isoman, Warung di Semarang Diborong Ganjar

Di Depok, Jawa Barat, sebuah yayasan tergerak menyebarkan bantuan makanan siap santap untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah.

Rantang cinta ini lahir sebagai bentuk sosial di tengah masih adanya ketidakpedulian dan sifat skeptis warga yang melihat ada salah satu warga di lingkungannya yang tengah isolasi mandiri (Kompas.com, 27 Juli 2021).

Baca juga: Tergerak dari Kisah Intimidasi Pasien Isoman, Rantang Cinta Hadir di Depok

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com