Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Waktu yang Pas untuk Makan?

Kompas.com - 27/07/2021, 19:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahukah Anda, durasi makan seseorang berpengaruh pada kondisi tubuh?

Sebuah studi menunjukkan, makan lebih lambat dapat dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih rendah.

Mengutip Cleveland Clinic, studi yang dilakukan di Jepang itu melibatkan 59.717 orang dengan diabetes tipe 2.

Peneliti meminta orang untuk menggambarkan diri mereka sebagai pemakan cepat, pemakan sedang, atau pemakan lambat.

Hasilnya, orang yang paling lambat makannya memiliki risiko obesitas paling rendah.

Sementara, orang yang menggambarkan dirinya sebagai pemakan sedang memiliki risiko sedikit lebih tinggi, tetapi risiko tertinggi adalah pada kelompok yang makan cepat.

Kepala Bagian Psikologi di Cleveland Clinic’s Center for Behavioral Health Department of Psychiatry and Psychology, Leslie Heinberg mengatakan, hasil penelitian ini konsisten dengan apa yang telah dilihat para ahli di masa lalu.

"Orang yang makan dengan cepat cenderung memiliki berat badan lebih," kata Heinberg.

Baca juga: Ramai soal Makan di Tempat 20 Menit, Ini Penjelasan Mendagri dan Satgas Covid-19

Butuh 20 menit

Menurut Heinberg, dibutuhkan sekitar 20 menit dari saat seseorang mulai makan agar otak mengirimkan sinyal kenyang.

Makan dengan santai memungkinkan waktu yang cukup untuk memicu sinyal dari otak.

Jika Anda seorang pemakan cepat, Anda akan mengonsumsi lebih banyak makanan dalam 20 menit daripada pemakan lambat.

Oleh karena itu, ia menyebut waktu ideal untuk makan adalah lebih dari 20 menit atau sekitar 30 menit.

"Orang-orang harus mengambil lebih dari 20 menit untuk makan, idealnya sekitar 30 menit, sehingga ada kesempatan bagi otak untuk mendapat sinyal dari perut," jelas dia.

Makan dengan perlahan dan penuh perhatian tidak hanya membantu Anda makan lebih sedikit, tetapi juga meningkatkan kenikmatan pengalaman makan.

Untuk bisa makan lambat, nyalakan musik, beberapa lilin, matikan TV dan gangguan lainnya, sehingga bisa berkonsentrasi pada makanan, dikutip dari WebMD.

Kendati demikian, makan dengan perlahan dan makan dalam porsi kecil bisa sangat sulit dilakukan, terutama saat Anda sibuk dan lapar.

Namun, Anda akan merasa lebih mudah untuk memperlambat makan jika tidak pernah membiarkan lebih dari empat jam berlalu tanpa waktu makan.

Baca juga: Alami Anosmia? Cobalah Sambal Bawang Agar Selera Makan Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

Tren
Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Tren
10 Kecelakaan Pesawat Tragis yang Renggut Nyawa Pemimpin Negara

10 Kecelakaan Pesawat Tragis yang Renggut Nyawa Pemimpin Negara

Tren
Kata Media Asing soal Elon Musk Datang ke Indonesia

Kata Media Asing soal Elon Musk Datang ke Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com