4. Vaksin Covid-19 dapat mengubah DNA
Vaksin tidak berinteraksi dengan DNA melalui cara apapun, sehingga informasi yang menyebut vaksin Covid-19 dapat mengubah DNA penerimanya adalah keliru.
Vaksin mengirim materi genetik ke sel untuk membangun antibodi terhadap virus Corona, tetapi materi genetik itu tidak pernah memasuki inti sel, yang merupakan tempat DNA tersimpan.
5. Vaksin tidak aman karena dibuat sangat cepat
Sebelum diluncurkan, vaksin Covid-19 telah melewati serangkaian uji klinis dengan standar yang sangat ketat.
Setiap vaksin yang ada saat ini telah terbukti aman dan efektif, sehingga informasi yang menyebut sebaliknya adalah keliru.
6. Vaksin Covid-19 mengandung chip
Sudah lama beredar isu yang mengatakan bahwa vaksin Covid-19 mengandung chip, yang nantinya digunakan untuk mengendalikan tubuh manusia.
Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine, dr Stephen Schrantz mengatakan, informasi semacam itu sudah jelas keliru dan menyesatkan.
"Tidak, mendapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana," ujarnya.
7. Vaksin Covid-19 sebabkan lamban berpikir dan susah menghafal
Ahli Patologi Klinis yang juga Direktur RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto menyatakan, informasi mengenai vaksin Covid-19 yang bisa menyebabkan gangguan otak seperti lamban berpikir dan sulit menghafal adalah klaim yang tidak benar.
"Yang jelas, anak-anak kita, yang bahkan kurang dari 1 tahun, sudah rutin mendapatkan vaksin termasuk yang metode pembuatannya sama: inactivated. Itu sudah bukti nyata," kata Tonang.
Baca juga: Ada Jasa Bikin Sertifikat Vaksin Tanpa Perlu Vaksinasi, Ini Warning dari Satgas Covid-19
8. Vaksin Covid-19 sebabkan kematian dini
Sempat beredar kabar yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 dapat membuat penerimanya mengalami kematian dini. Jika ingin bertahan, masyarakat harus kembali vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar alias hoaks.
Vaksin Covid-19 dibuat agar membentuk kekebalan kelompok untuk mencegah penyakit dan kematian akibat virus Corona.
"Coba kalau benar ini pasti ada di jurnal ilmiah ya," tegasnya.
Sumber: KOMPAS.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.