Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Parah Kondisi Covid-19 di Jakarta? RS Diambang Kolaps hingga Klaim Terkendali

Kompas.com - 18/07/2021, 11:10 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Provinsi DKI Jakarta menjadi perhatian dunia internasional karena kondisi pandemi Covid-19 yang sangat mengkhawatirkan.

Bahkan sejumlah negara terpaksa mengeluarkan peraturan untuk menutup akses penerbangan dari Indonesia, serta mengevakuasi warga negaranya dari Indonesia.

Seberapa mengkhawatirkan kondisi pandemi di Indonesia?

Untuk melihat kondisi Covid-19 saat ini dapat terlihat dari penambahan kasus di ibukota DKI Jakarta yang hampir mendekati 100.000 kasus.

Data Rabu (14/7/2021), jumlah pasien yang terpapar Covid-19 di Jakarta sebanyak 99.751 kasus.

Sementara jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 yang tersedia di 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta hanya berkisar 10.000 kasus saja.

Dampaknya banyak pasien yang terlantar di tenda darurat yang didirikan di halaman depan rumah sakit.

Sebagian lagi terpaksa menyerah dan melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Baca juga: Separah Apa Kondisi Covid-19 di Jakarta? Pasien 10 Kali Lebih Banyak dari Kapasitas RS

Cerita dari warga Jakarta yang mengalami kejadian kondisi buruk dan akhirnya meninggal sebelum mendapat penanganan medis.

Salah satunya terjadi pada warga RW 019 Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Menurut keterangan Ketua RW 019 Kelurahan Tugu Utara Ricardo Hutahean dikutip dari Kompas.com, seorang warga yang positif Covid-19 akhirnya meninggal dunia di atas becak.

Kejadian tersebut terjadi karena pasien sedang dalam perjalanan untuk segera berobat ke rumah sakit.

"Ada warga yang sampai sesak napas, kami angkut pakai becak. Susah akses ambulans. Saya coba telepon ke rumah sakit supaya dapat ruang di ICU (tetapi belum dapat juga) sampai akhirnya meninggal dunia," ujar Ricardo.

Sebagian warga hidup dalam ketidakberdayaan

Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Eny Rochayati menyebutkan masyarakat yang tinggla di perkampungan Jakarta, salah satunya di daerah Jakarta Utara hidup dalam ketidakberdayaan.

Baca juga: DKI Jakarta Catat 304 Kasus Covid-19 dengan Varian Corona Delta, Alpha, dan Beta

Warga bertahan tanpa nafkah hingga ada yang meninggal sesak napas tanpa teridentifikasi secara medis penyebab kematian tersebut.

”Kejadian kematiannya tinggi sekali. Setiap hari, ada kematian, paling tidak itu dua orang. Gejalanya sama, sesak napas,” kata Eny, dilansir dari Kompas.com.

Menurut Eny, sebagian warga yang menderita sakit memutuskan terpaksa bertahan di rumah tanpa akses layanan kesehatan. Mereka takut terasingkan jika menjalani tes swab.

”Ada ketakutan, kalau ketika mereka berobat di rumah sakit, lalu swab dan misalnya dinyatakan positif karena kondisinya parah, berarti harus dirawat di rumah sakit. Itu menjadi ketakutan mereka karena mereka menganggap itu hari terakhir mereka melihat keluarganya,” kata Eny.

Gubernur DKI Jakarta Akui RS Hampir Kolaps

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menyampaikan bahwa ketersedian tempat tidur perawatan pasien di Jakarta sudah hampir kolaps sejak awal Juli 2021 lalu.

"Sekarang pun warga banyak yang tidak mendapat tempat (perawatan), menunggu, mengantre di ICU, kita menyaksikan peta tantangan ini nyata," kata Gubernur DKI Jakarta Anies, Jumat (2/7/2021).

Hingga dua pekan saat ini, kondisi tersebut bleum juga menunjukkan akan membaik atau mengalami penurunan jumlah keterisian.

Baca juga: Anies Baswedan: DKI Jakarta Paling Transparan soal Penanganan Kasus Covid-19

Pemprov DKI telah menyediakan 1.059 tempat tidur ICU dan 6.577 tempat tidur isolasi di 106 rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 bergejala sedang hingga kritis.

Kondisi tidak menunjukkan perubahan, bahkan pada 20 Juni 2021 alarm krisis fasilitas kesehatan untuk pasien Covid-19 mulai berbunyi. Tempat tidur isolasi sudah terisi 90 persen, sedangkan ICU terisi 81 persen.

Upaya penambahan tempat tidur isolasi hingga ICU telah dilakukan pemerintah Pemprov DKI. Namun upaya tersebut juga harus kejar-kejaran dengan angka positif yang terus bertambah banyak.

Data terakhir yang diunggah Pemprov DKI Jakarta 11 Juli 2021, Pemprov DKI kembali menambah tempat tidur isolasi dari 11.214 menjadi 11.522, namun persentase keterisian stagnan di angka 92 persen.

Tempat tidur ICU juga ditambah dari 1.377 menjadi 1.479 tempat tidur. Meski mengalami penambahan, keterisian tempat tidur di ICU tetap meningkat dari 94 persen kini di angka 95 persen.

Klaim Covid-19 di Indonesia terkendali

Namun, pemerintah Indonesia klaim bahwa pandemi ini terkendali.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini bisa dikendalikan.

Luhut menampik berbagai anggapan yang menyebutkan kondisi pandemi di Tanah Air tidak terkendali.

Baca juga: Jubir Luhut: Belum Ada Rencana Perpanjangan PPKM Darurat, tetapi Akan Dievaluasi

"Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali. Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya. Nanti saya tunjukkan ke mukanya bahwa kita terkendali," ujar Luhut mengutip Kompas.com, pada Senin (12/7/2021).

Meski demikian, Luhut mengakui selama menangani pandemi pemerintah menghadapi berbagai kendala.

Namun, pemerintah berusaha memperbaiki semua kendala tersebut.

"Bahwa kita punya masalah, saya berkali-kali sampaikan, yes, kita punya banyak masalah. Dan masalah kita perbaiki dengan tertib karena tim bekerja sangat kompak," ucap Luhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com