Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjual Pecel Lele Mahal Bukan PKL Malioboro, Paguyuban Ancam Gugat Wisatawan

Kompas.com - 29/05/2021, 10:22 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Paguyuban Lesehan Malam Malioboro mengancam akan menggugat wisatawan yang mengeluh karena harga pecel lele dinilai mahal di kawasan Malioboro hingga masalah itu viral di media sosial. Sebab, penjual pecel lele yang dinilai mahal itu bukan masuk PKL lesehan Malioboro.

Paguyuban akan menuntut balik jika yang bersangkutan tidak melakukan klarifikasi atau tidak menarik kembali ucapannya.

Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro Sukidi menilai, informasi yang disampaikan wisatawan itu keliru. Hal itu merugikan para pedagang lesehan di kawasan wisata yang terkenal di Yogyakarta itu.

"Teman-teman merasa dirugikan dengan statement Mbaknya yang pengen viral itu mungkin. Teman-teman berencana kalau tidak segera ditarik atau klarifikasi akan kita gugat balik karena mencemarkan nama Malioboro. Itu di luar Malioboro tetapi yang disebut di Malioboro," kata Sukidi dilansir KompasRegional, Kamis (27/5/2021).

Baca juga: Merasa Dirugikan, Paguyuban Lesehan Malioboro Siap Gugat Wisatawan yang Viralkan Harga Pecel Lele Mahal

Sukidi mengatakan, penjual pecel lele yang disebut wisatawan mahal itu ternyata di Jalan Sirip-sirip Malioboro, tepatnya di Jalan kawasan Malioboro. Penjual pecel lele itu bukan termasuk kawasan Malioboro meski jaraknya dekat.

Ia menjelaskan, kawasan Malioboro di bawa pengaturan UPT Malioboro yang dikelola Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Sementara sirip-sirip Malioboro di bawah pengaturan tiga kecamatan, yakni Danurejan, Gedongtengen dan Gondomanan.

Penyataan Sukidi dibenarkan oleh Camat Danurejan Bambang Endro Wibodo. Berdasarkan penelusurannya, penjual pecel lele yang dimaksud wisatawan itu adalah berada di Jalan Perwakilan.

Penjual tersebut bukanlah pedagang kaki lima, melainkan rumah makan.

"Saya sudah melakukan pengecekan di lapangan dengan tim. Ternyata yang warung indikasi viral tersebut bukanlah PKL. Kalau PKL kan di trotoar dengan tenda bongkar pasang tidak permanen," kata Bambang.

Dibantah pemilik rumah makan

Bambang juga mengaku sudah melakukan klarifikasi terkait harga pecel lele yang dinilai mahal di rumah makan tersebut. Alhasil, sang pemilik membantahnya.

"Kita sudah tanya ke mereka tetapi belum mengaku, karena dari TikTok (video) enggak ngomong di warung ini dan tidak ada notanya, enggak ngomong di mana, jadi susah," kata Bambang.

Menurutnya, pihak rumah makan juga sudah menampilkan daftar menu makanan beserta harganya. Misalnya pecel lele dengan harga sekian, lalap Rp 10.000 dan nasi putih Rp 7.000.

"Nggak salah juga penjualnya," ujar Bambang.

Bambang menyatakan, pihaknya akan berkoordinas dengan Dinas Pariwisata terkait kejadian ini karena pedagang pecel lele itu masuk kategori rumah makan.

Sebelumnya, seorang wisatawan mengeluh dengan harga pecel lele yang dinilainya mahal di sekitar Malioboro. Satu porsi pecel lele dihargai Rp 37.000. Rinciannya, untuk lele Rp 20.000, nasi putih Rp 7.000 dan lalapan Rp 10.000.

Baca juga: Warung Pecel Lele yang Patok Harga Mahal Disebut Bukan di Malioboro, Ini Faktanya

Keluhan wisatawan itu diunggah dalam bentuk video ke TikTok hingga viral dan mengundang beragam reaksi dari netizen serta publik luas. (Penulis: Wisang Seto Pangarbowo | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com