Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona Dunia 17 Mei: 3,3 Juta Orang Meninggal Dunia karena Covid-19

Kompas.com - 17/05/2021, 09:34 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Tapi kami ingin meyakinkan semua orangtua dan siswa, bahwa MOE (Kementerian Pendidikan) akan terus memberikan dukungan penuh kepada sekolah, serta para guru dan orang tua yang membutuhkan bantuan untuk melakukan penyesuaian ini," kata Chun Sing.

Pemberlakuan belajar dari rumah diterapkan setelah beberapa siswa SD dinyatakan positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. Sebagian besar infeksi terkait dengan pusat pendidikan.

Baca juga: Klaster Aktif Covid-19 dan Alasan Singapura Kembali Berlakukan Lockdown...

Inggris

Melansir AP, Minggu (16/5/2021), mulai Senin (17/5/2021), penduduk Inggris dapat kembali makan di restoran, pergi ke museum, dan berkunjung ke rumah teman atau kerabat.

Pelonggaran tersebut merupakan yang pertama dalam beberapa bulan terakhir.

Larangan liburan ke luar negeri juga dicabut, dengan perjalanan sekarang dimungkinkan ke beberapa negara dengan tingkat infeksi rendah.

Kendati demikian, pelonggaran sejumlah pembatasan di Inggris itu masih dibayangi dengan ancaman penyebaran varian virus corona B.1.617.2, yang pertama kali terdeteksi di India.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta penduduk Inggris untuk tetap waspada meski pemerintah telah melonggarkan sejumlah pembatasan.

"Kami mengawasi dengan ketat penyebaran varian virus yang pertama kali terdeteksi di India, dan akan mengambil langkah cepat ketika tingkat infeksi meningkat," kata Johnson.

"Saya mengimbau semua orang untuk tetap waspada dan bertanggungjawab ketika menikmati pelonggaran ini, demi menghindari penularan virus," lanjut dia.

Kasus-kasus Covid-19 yang terkait dengan varian baru dilaporkan mengalami peningkatan di Inggris.

Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan, varian B.1.617.2 lebih mudah ditularkan, dan kemungkinan akan menjadi varian dominan di Inggris.

Nepal

Personel pasukan Nepal yang menggunakan APD membawa mayat yang meninggal karena Covid-19 pada Rabu (5/5/2021). [PRAKASH MATHEMA/AFP]PRAKASH MATHEMA/AFP Personel pasukan Nepal yang menggunakan APD membawa mayat yang meninggal karena Covid-19 pada Rabu (5/5/2021). [PRAKASH MATHEMA/AFP]
Melansir CNN, Minggu (16/5/2021), peningkatan kasus Covid-19 di Nepal mengakibatkan sejumlah operator ekspedisi internasional membatalkan pendakian Gunung Everest.

Pada Jumat (14/5/2021), Kementerian Kesehatan Nepal mengonfirmasi lebih dari 8.000 kasus Covid-19 dalam sehari.

Lukas Furtenbach, pendiri dan pemilik Furtenbach Adventures, mengatakan, pembatalan pendakian dilakukan karena alasan keselamatan.

"Kami membatalkan pendakian hari ini karena alasan keselamatan yang disebabkan oleh situasi Covid-19. Kami tidak ingin memberangkatkan pendaki atau sherpa, karena mereka bisa jatuh sakit di ketinggian sana dan meninggal," kata Furtenbach dalam keterangan resmi kepada CNN.

Furtenbach mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, jumlah orang yang terinfeksi virus corona di base camp Everest meningkat secara masif.

Pendaki lain, Pawel Michalski, mengatakan, situasi Covid-19 di Nepal sangat mengkhawatirkan dan memengaruhi pendakian.

"Bisa saja mereka menutup base camp karena situasi tersebut," kata Michalski.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com