Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Pertama pada Kecelakaan Domestik Libur Lebaran

Kompas.com - 13/05/2021, 13:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Hari raya telah tiba. Beberapa yang bisa berkumpul dengan keluarga, akan berbagi tawa dan keriangan dengan seluruh anggota keluarga selama dua hari penuh.

Di momen kebersamaan seperti ini, fokus orang tua akan penuh tercurah ke pernak-pernik hari raya. Sehingga terkadang, aktivitas anak-anak pun luput dari perhatian.

Perpindahan ke tempat baru, berkumpul dengan banyak orang asing, serta kurangnya fokus orang tua, membuka celah berbagai kemungkinan kecelakaan domestik bisa terjadi.

Seperti diberitakan Kompas.com (10/05/2021), kecelakaan domestik pada anak ketika Lebaran ini bisa berupa luka teriris, luka terbakar, memar karena jatuh, keracunan, tersedak, dan masih banyak lagi.

Menurut spesialis anak dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Kurniawan Satria Denta, ada beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan orang tua ketika kecelakaan ini terjadi.

"Yang harus dilakukan orang tua adalah mengenali spektrum luka yang ada. Apakah ringan dan masih bisa ditangani sendiri atau tidak. Selepas ditangani sendiri, orang tua masih harus fokus mengawasi 24 jam pertama. Jika ada penurunan kondisi, maka segera lari ke medis," begitu ujar Kurniawan Satria Denta MSc, SpA kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Baca juga: 12 Obat Asam Urat Alami yang Bisa Dipertimbangkan

Penanganan pertama kecelakaan domestik pada anak 

Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan domestik yang biasa terjadi dan bagaimana pertolongan pertamanya:

1. Luka terbakar

Ilustrasi anak menangisShutterstock Ilustrasi anak menangis
Jika luka terbakar karena petasan, kembang api atau arus listrik tergolong ringan, maka Anda bisa meredakan nyerinya dengan jalan membasuh luka di bawah aliran air dingin seperti air keran.

Basuh luka tanpa sentuhan fisik selama beberapa menit atau hingga nyeri dan tangis anak reda. Hampir semua luka bakar ringan bisa berkurang nyerinya dengan cara ini.   

"Jangan dikompres dengan es karena akan menambah rasa sakit. Jangan pula digesek atau ditepuk-tepuk karena akan memperlebar luka," ujar Kurniawan Denta.

Yang paling penting, jangan pula diberi pasta gigi, mentega dan bahan-bahan rumah lainnya. Cukup didinginkan dengan aliran air, maka nyeri akan hilang.

Jika luka bakar membuat cairan tubuh keluar, segera tutup dengan kain kasa dan bawa ke rumah sakit.

Baca juga: Cara Mengatasi Hidung Tersumbat dan Obat untuk Meredakannya

2. Luka terbuka karena jatuh atau teriris

Amati luka terbuka yang ada. Jika tak parah, segera tekan area yang luka dengan kain kasa hingga perdarahan berhenti.

Jika luka terbukanya cukup dalam, segera bawa ke rumah sakit.

3. Terjatuh, terkilir atau terbentur

Ilustrasi anak menangis.Shutterstock Ilustrasi anak menangis.
Setiap kali ada kecelakaan domestik terjadi, amati dulu penyebabnya. Seperti terjatuh dari mana, apakah dari tempat tinggi atau tidak. Jika terjatuh dari tempat tinggi, sebaiknya segera bawa ke rumah sakit.

"Karena beberapa luka trauma di dalam tubuh tak langsung menimbulkan gejala. Bisa pagi jatuh, dan malamnya baru menurun kesadaran."

Jika luka yang ada hanya berupa memar karena jatuh tersandung, maka Anda bisa melakukan metode RICE.

Yaitu Rest atau ajak anak beristirahat, Ice atau kompres dengan es batu yang dibalut handuk, Compress atau bebat dengan perban, dan Elevate atau angkat kaki dan ganjal dengan bantal agar area memar tak begitu terasa nyeri.   

Baca juga: Waktu Tepat Memakai Kompres Panas dan Dingin untuk Anak

4. Tersedak makanan atau mainan

Gangguan kesehatan tersedak bisa berupa penyumbatan jalur napas penuh atau penyumbatan jalur napas sebagian.

Penyumbatan sebagian tak akan membuat anak tersiksa. Mereka masih bisa beraktivitas, meski mungkin timbul suara napas yang berbeda dari biasanya. Terkadang disertai pula produksi liur berlebih.

Meski begitu, anak harus segera dibawa ke medis untuk mengeluarkan sumbatan yang ada.

Sedangkan penyumbatan penuh, adalah yang berbahaya. Anak bisa susah bernapas dan membiru. Di kasus ini, Anda harus sebisa mungkin mengeluarkan sumbatan yang ada.

Baca juga: Solusi Efektif, Mandi Air Hangat untuk Menurunkan Demam

5. Keracunan

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Keracunan di sini bisa karena keracunan makanan basi atau makanan yang tidak diproses secara benar, keracunan zat pembersih rumah atau keracunan zat pembasmi nyamuk.

Untuk penanganannya, kenali dulu sumber racun yang meracuni anak, kemudian segera bawa anak ke dokter.

Jangan pernah merangsang anak untuk muntah dengan tujuan untuk mengeluarkan racun. Karena racun yang ada bisa naik ke eksofagus menuju mulut. Dalam prosesnya, racun justru bisa merusak saluran pencernaan bagian atas. 

Sebagai pertolongan pertama, beri anak cairan untuk mengganti cairan yang keluar. Beri air putih atau teh dan segera larikan ke dokter. 

6. Serangan akut penyakit lama

Jika penyakit anak kambuh, segera berikan obat yang sesuai dengan saran dari dokter. Jika penyakit tak kunjung membaik, bawa ke IGD rumah sakit yang buka selama 24 jam. 

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Sembelit Secara Alami dan Tanpa Obat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com