Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Rumput Fatimah, Tak Dianjurkan untuk Ibu Hamil, Ini Alasannya

Kompas.com - 01/04/2021, 13:58 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di media sosial TikTok beredar sebuah video yang menyebutkan bahwa konsumsi rumput fatimah membahayakan bagi ibu hamil dan janinnya.

Video itu diunggah oleh akun Instagram @lambe_turah yang mengunggah ulang unggahan akun TikTok @infobumildansikecil.

Video yang dilampirkan menceritakan mengenai bayi yang meninggal dan ibu dalam kondisi kritis akibat minum air rumput fatimah.

"Janin meninggal akibat Rumput Fatimah. Detak Jantung janin negatif dan ibu mengalami syok akibat perdarahan. Pasien langsung dioperasi karena ruptur rahim. Dirawat di ICU selama 7 hari menghabiskan 20 kantong darah. Setelah diselidiki ternyata minum air Rumput Fatimah," demikian narasi dalam video yang dibagikan.

Baca juga: Unggahan Viral Pria Pasang Paku di Jok Motor karena Pacar Posesif, Ini Ceritanya

Sejumlah warganet memberikan komentar atas unggahan ini.

Apakah konsumsi air rumput fatimah pada ibu hamil memang membahayakan?

Penjelasan ahli

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu, Dr. Inggrid Tania, menjelaskan, rumput fatimah merupakan tanaman dengan nama ilmiah Labisia fumila.

Ia menyebutkan, rumput fatimah mengandung sejumlah zat di antaranya adalah flavonoid dan alkanoid yang bersifat antioksidan atau anti-peradangan.

Sebenarnya, kandungan ini punya manfaat untuk menangkal radikal bebas dan meredakan peradangan yang terjadi padatubuh.

Inggrid menekankan, penelitian Rumput Fatimah masih sangat minim.

Penelitian yang sudah ada saat ini baru dilakukan terhadap hewan sehingga tidak dianjurkan untuk ibu hamil.

“Saat ini memang tidak dianjurkan untuk diminum ibu hamil karena memang kita belum tahu secara pasti bagaimana cara pengolahan yang tepat dan seberapa dosis yang aman,” ujar dia.

Baca juga: Video Viral Cahaya Diduga Meteor Jatuh di Langit Washington, Apa Sebenarnya?

Inggrid menjelaskan, ada hipotesis bahwa rumput fatimah akan meningkatkan produksi hormon oksitoksin ibu hamil sehingga dianggap mempercepat persalinan.

Masyarakat Melayu seperti di Sumatera, Kalimantan, Malaysia, banyak yang meyakini hal tersebut.

Meski demikian, Inggrid mengingatkan, belum diketahui cara pengolahan yang tepat untuk menghilangkan zat-zat toksik yang terlarut di dalam rumput fatimah.

Selain itu, belum ada penelitian pula soal dosis yang aman dikonsumsi.

“Jadi memang betul-betul tidak direkomendasikan untuk ibu hamil karena sudah banyak laporan konsumsi rumput fatimah pada kehamilan tahap akhir malah menimbulkan ruptur uteri atau rahim menjadi pecah karena kontraksi yang berlebihan,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Inggrid, jika rahim mengalami kontraksi terlalu kuat, hal tersebut berisiko terhadap nyawa janin.

Jika rahim ibu sampai pecah, maka hal itu akan mengakibatkan pendarahan hebat yang berpotensi menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

Baca juga: Viral Truk Evergreen Melintangi Jalan di China, Mirip Kejadian di Terusan Suez

Kondisi ibu hamil tidak sama

Inggrid juga menekankan, kondisi setiap ibu hamil tidak sama. Ada ibu hamil yang mengonsumsi rumput fatimah, tetapi tidak mengalami efek samping baik bagi dirinya maupun janin.

“Tapi kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta terjadinya efek samping ibu hamil yang mengonsumsi rumput fatimah yang ternyata bisa mengancam jiwa ibunya maupun janinnya,” kata Inggrid.

Ia mengimbau agar masyarakat sangat berhati-hati dalam mengonsumsi rumput fatimah.

“Untuk ibu hamil saya tidak menganjurkan. Jadi hindari konsumsi rumput fatimah ini. Kalau tidak hamil boleh, namun dengan prinsip kehati-hatian dan dosisnya jangan terlalu besar. Dari dosis kecill-kecil dulu, dicoba apakah tidak menimbulkan efek samping,” ujar Inggrid.

Inggrid juga meminta agar masyarakat sebaiknya menunggu perkembangan penelitian lebih lanjut soal rumput fatimah sebelum mengonsumsinya.

“Maka jika suatu saat nanti khasianya sudah terkonfirmasi dengan penelitian sampai uji klinik maka bisa saja khasiatnya memang baik dan kita bisa mengkonsumsinya,” kata dia.

Baca juga: Video Viral Derek Liar di Tol Jatiwaringin Merajalela Disebut Minta Upah Rp 1,5 Juta, Ini Kata Pengelola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com