Melansir Nature, vaksin Johnson & Johnson sebelumnya juga telah disetujui oleh FDA pada 27 Februari 2021.
FDA mengeluarkan persetujuan satu hari usai panel penasihat eksternal memutuskan dengan suara bulat bahwa manfaat vaksin tersebut lebih besar dibanding risikonya.
“Ini jelas melampaui standar, dan menyenangkan memiliki vaksin dosis tunggal,” ujar ahli imunologi dari Public Health School TH Chan Harvard, Dr Eric Rubin.
Baca juga: Masih Merasakan Anosmia, Kapan Isolasi Boleh Diakhiri?
Vaksin Johnson & Johnson bekerja dengan memasukkan gen yang ditujukan bagi protein virus corona yang disebut adenovirus.
Virus corona yang sudah diberi adenovirus tersebut kemudian dinonaktifkan agar tidak bereplikasi dalam sel manusia.
Saat adenovirus memasuki sel tubuh manusia, gen coronavirus diekspresikan yang memungkinkan sistem kekebalan meningkatkan pertahanan terhadap virus corona.
Baca juga: BPOM Sebut Efikasi Vaksin Covid-19 Sinovac 65,3 Persen, Apa Artinya?
Cara kerja vaksin ini mirip dengan vaksin AstraZeneca yang menggunakan adenovirus yang berbeda.
Pada Januari 2021, Johnson & Johnson telah mengumumkan bahwa satu dosis penyuntikan vaksinnya 85 persen efektif melindungi dari keparahan Covid-19 pada uji coba pada lebih dari 40.000 orang di 8 negara.
Dari uji tersebut tak seorang pun penerima vaksin membutuhkan intervensi medis atau meninggal dibanding 16 orang yang menerima plasebo.
Baca juga: Mengenal Apa Itu N439K, Varian Baru Virus Corona yang Disebut Kebal terhadap Vaksin