KOMPAS.com- Sederet bencana alam telah menerjang Indonesia pada awal 2021.
Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 386 bencana terjadi di Indonesia yang didominasi oleh bencana banjir, puting beliung dan tanah longsor.
Setidaknya 213 orang meninggal dan hampir dua juta mengungsi serta 7 lainnya dilaporkan hilang.
Faktor La Nina diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya cuaca ekstrem di Nusantara.
Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan, saat ini fenomena La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas lemah hingga normal.
"Kondisi tersebut masih dapat berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (11/3/2021).
Saat ini, imbuhnya fenomena Monsun Asia masih cukup aktif. Hal itu mengakibatkan aliran massa udara dari wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) masih dapat berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.
Baca juga: Puluhan Warga di Banten Tersambar Petir, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?
Miming mengatakan, monsun Asia mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021 yang mengindikasikan bahwa periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021.
Kendati demikian, pihak BMKG belum merilis kapan awal kemarau dimulai.
"Kemungkinan awalnya biasanya Mei-Juni. Tapi untuk 2021 ini belum ada rilis resmi karena harus dianalisis dulu dinamika atmosfernya," kata Miming.